Rabu, 19 Juni 2013

Keutamaan Surat Al-Mulk

Bebeberapa hari ini saya sering dipertemukan dengan salah satu surah di Al Quran, yaitu surah Al Mulk. Ketika ke toko buku, saya lihat buku – buku islam. Saya ambil salah satu buku, kemudian saya buka halamannya secara acak dan bertemulah dengan surah Al Mulk. Suatu malam saya menonton acara @ChatingDenganYM di Antv. Dan lagi – lagi ustadz @Yusuf_Mansur membahas tentang surah Al Mulk. Hingga puncaknya ketika saya iseng mengisi waktu luang dengan ngulik video – video di Youtube. Saya lagi sering nonton acara Wisata Hati di Antv juga, jadi saya masukkanlah keyword Wisata Hati di Youtube. Dan apa yang muncul di peringkat paling atas? Bahasan oleh ustadz @Yusuf_Mansur tentang surah Al Mulk lagi! Allahu Akbar, ini pasti petunjuk dari Allah. Akhirnya saya niatkan untuk mencari tau ada apakah dengan surah Al Mulk ini. Alhamdulillah saya dipertemukan dengan sebuah halaman web yang menjelaskan keutamaan surah Al Mulk. Saya merinding ketika membaca terjemah dan mengetahui keutamaan jika kita membaca surah Al Mulk setiap hari. Dan seketika saya jatuh cinta kepada surah Al Mulk. Berikut akan saya tulis apa adanya dari halaman web yang saya temukan. Semoga bermanfaat dan jangan lupa untuk diamalkan serta ajak orang lain untuk ikut mengamalkan. Silahkan dibaca…

Keutamaan Surat Al-Mulk

عَنْ أَبِى هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ أنَّ النَّبِىَّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ: « سُورَةٌ مِنَ الْقُرْآنِ ثَلاَثُونَ آيَةً تَشْفَعُ لِصَاحِبِهَا حَتَّى يُغْفَرَ لَهُ {تَبَارَكَ الَّذِى بِيَدِهِ الْمُلْكُ}. وفي رواية: فأخرجته من النار و أدخلته الجنة » حسن رواه أحمد وأصحاب السنن.
Dari Abu Hurairah radhiallahu ‘anhu bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
Satu surat dalam Alquran (yang terdiri dari) tiga puluh ayat (pada hari kiamat) akan memberi syafaat (dengan izin Allah Subhanahu wa Ta’ala) bagi orang yang selalu membacanya (dengan merenungkan artinya) sehingga Allah mengampuni (dosa-dosa)nya, (yaitu surat Al-Mulk): “Maha Suci Allah Yang di tangan-Nyalah segala kerajaan/kekuasaan, dan Dia Maha Kuasa atas segala sesuatu”. Dalam riwayat lain: “…sehingga dia dikeluarkan dari neraka dan dimasukkan ke dalam surga.”  (HR. Abu Dawud no. 1400, At-Tirmidzi no. 2891, Ibnu Majah no. 3786, Ahmad 2:299, dan Al-Hakim no. 2075 dan 3838, dinyatakan shahih oleh Imam Al-Hakim dan disepakati oleh Imam Adz-Dzahabi, serta dinyatakan hasan oleh imam At-Tirmidzi dan syaikh Al-Albani).
Hadis yang agung ini menunjukkan besarnya keutamaan membaca surat ini secara kontinyu, karena ini merupakan sebab untuk mendapatkan syafaat dengan izin Allah ‘Azza wa Jalla. (Faidhul Qadir, 2:453)
Hadis ini semakna dengan hadis lain dari Anas bin Malik radhiallahu ‘anhu bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
Satu surat dalam Alquran yang hanya (terdiri dari) tiga puluh ayat akan membela orang yang selalu membacanya (di hadapan Allah Subhanahu wa Ta’ala) sehingga dia dimasukkan ke dalam syurga yaitu surat: “Maha Suci Allah Yang di tangan-Nyalah segala kerajaan/kekuasaan.”
(HR. Ath-Thabarani dalam Al-Mu’jamul Ausath no. 3654 dan Al-Mu’jamush Shagir no. 490, dinyatakan shahih oleh Al-Haitsami dan Ibnu Hajar dinukil dalam kitab Faidhul Qadir 4:115 dan dinyatakan hasan oleh Syaikh Al-Albani dalam Shahihul Jaami’ish Shagir no. 3644).

Beberapa faidah penting yang terkandung dalam hadis ini:

- Keutamaan dalam hadis ini diperuntukkan bagi orang yang selalu membaca surat Al-Mulk dengan secara kontinyu disertai dengan merenungkan kandungannya dan menghayati artinya. (Faidhul Qadir, 4:115).
- Surat ini termasuk surat-surat Alquran yang biasa dibaca oleh Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam sebelum tidur di malam hari, karena agungnya kandungan maknanya. (HR At-Tirmidzi no. 2892 dan Ahmad 3:340, dinyatakan shahih oleh Syaikh Al-Albani dalam Ash-Shahihah no. 585).
- Sebagian dari ulama ahli tafsir menamakan surat ini dengan penjaga/pelindung dan penyelamat (dari azab kubur). (Tafsir al-Qurthubi, 18:205). Akan tetapi penamaan ini disebutkan dalam hadis yang lemah. (Dha’ifut Targibi wat Tarhib, no. 887).
- Alquran akan memberikan syafaat (dengan izin Allah) bagi orang yang membacanya (dengan menghayati artinya) dan mengamalkan isinya (Bahjatun naazhirin, 2:240), sebagaimana sabda Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam: “Bacalah Alquran, karena sesungguhnya bacaan Alquran itu akan datang pada hari kiamat untuk memberi syafaat bagi orang-orang yang membacanya (sewaktu di dunia).” (HR. Muslim no. 804).
Keterangan: Ust. Abdullah Taslim, MA

Fadhilah Keutamaan Membaca Surat Al-Mulk (Keadan Para Penghuni Kubur dan Neraka)

Segala puji bagi Allah, Rabb semesta alam. Shalawat dan salam kepada Nabi kita Muhammad, keluarga, para sahabat dan orang-orang yang mengikuti mereka hingga akir zaman.
Berikut adalah lanjutan dari tafsir surat Al Mulk. Saat ini kita akan membahas tafsir dan faedah surat Al Mulk ayat 6-11. Semoga kita tidak bosan-bosannya mengkaji Al Qur'an.
Allah Ta'ala berfirman,
وَلِلَّذِينَ كَفَرُوا بِرَبِّهِمْ عَذَابُ جَهَنَّمَ وَبِئْسَ الْمَصِيرُ (6) إِذَا أُلْقُوا فِيهَا سَمِعُوا لَهَا شَهِيقًا وَهِيَ تَفُورُ (7) تَكَادُ تَمَيَّزُ مِنَ الْغَيْظِ كُلَّمَا أُلْقِيَ فِيهَا فَوْجٌ سَأَلَهُمْ خَزَنَتُهَا أَلَمْ يَأْتِكُمْ نَذِيرٌ (8) قَالُوا بَلَى قَدْ جَاءَنَا نَذِيرٌ فَكَذَّبْنَا وَقُلْنَا مَا نَزَّلَ اللَّهُ مِنْ شَيْءٍ إِنْ أَنْتُمْ إِلَّا فِي ضَلَالٍ كَبِيرٍ (9) وَقَالُوا لَوْ كُنَّا نَسْمَعُ أَوْ نَعْقِلُ مَا كُنَّا فِي أَصْحَابِ السَّعِيرِ (10) فَاعْتَرَفُوا بِذَنْبِهِمْ فَسُحْقًا لِأَصْحَابِ السَّعِيرِ (11
“ Dan orang-orang yang kafir kepada Rabbnya, memperoleh azab Jahannam. Dan itulah seburuk-buruk tempat kembali. Apabila mereka dilemparkan ke dalamnya mereka mendengar suara neraka yang mengerikan, sedang neraka itu menggelegak, hampir-hampir (neraka) itu terpecah-pecah lantaran marah. Setiap kali dilemparkan ke dalamnya sekumpulan (orang-orang kafir), penjaga-penjaga (neraka itu) bertanya kepada mereka: "Apakah belum pernah datang kepada kamu (di dunia) seorang pemberi peringatan?" Mereka menjawab: "Benar ada", sesungguhnya telah datang kepada kami seorang pemberi peringatan, maka kami mendustakan(nya) dan kami katakan: "Allah tidak menurunkan sesuatupun; kamu tidak lain hanyalah di dalam kesesatan yang besar". Dan mereka berkata: "Sekiranya kami mendengarkan atau memikirkan (peringatan itu) niscaya tidaklah kami termasuk penghuni-penghuni neraka yang menyala-nyala". Mereka mengakui dosa mereka. Maka kebinasaanlah bagi penghuni-penghuni neraka yang menyala-nyala. ” (QS. Al Mulk: 6-11)
Jahannam, Seburuk-buruk Tempat Kembali
Allah Ta'ala berfirman,
وَلِلَّذِينَ كَفَرُوا بِرَبِّهِمْ عَذَابُ جَهَنَّمَ وَبِئْسَ الْمَصِيرُ
Dan orang-orang yang kafir kepada Rabbnya, memperoleh azab Jahannam. Dan itulah seburuk-buruk tempat kembali.” (QS. Al Mulk: 6). Ayat ini adalah ancaman untuk orang yang kufur terhadap Allah baik dari setan dan selainnya. Mereka diancam dengan siksaan jahannam. Dan ancaman ini bukan hanya ditujukan untuk setan sebagaimana konteks dari ayat kelima surat Al Mulk yang membicarakan tentang setan yang mencuri berita langit lalu mereka dilempar. Namun ayat ini mencakup setiap orang yag kufur dan menentang Allah1. Jahannam adalah sejelek-jelek tempat kembali bagi mereka.2
Neraka Begitu Dalam
Mengapa neraka disebut jahannam?
Jahannam berarti sesuatu yang dasarnya amat dalam (ba'idatul qo'ri), sebagaimana disebutkan dalam Al Qomus3.Begitulah keadaan neraka, ia begitu dalam. Abu Hurairah mengatakan,
كُنَّا مَعَ رَسُولِ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- إِذْ سَمِعَ وَجْبَةً فَقَالَ النَّبِىُّ -صلى الله عليه وسلم- « تَدْرُونَ مَا هَذَا ». قَالَ قُلْنَا اللَّهُ وَرَسُولُهُ أَعْلَمُ. قَالَ « هَذَا حَجَرٌ رُمِىَ بِهِ فِى النَّارِ مُنْذُ سَبْعِينَ خَرِيفًا فَهُوَ يَهْوِى فِى النَّارِ الآنَ حَتَّى انْتَهَى إِلَى قَعْرِهَا ».
“Kami dulu pernah bersama Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam. Tiba-tiba terdengar suara sesuatu yang jatuh. Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam lantas bertanya, “Tahukah kalian, apakah itu?” Para sahabat pun menjawab, “Allah dan Rasul-Nya yang lebih mengetahui.” Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam kemudian menjelaskan, “Ini adalah batu yang dilemparkan ke dalam neraka sejak 70 tahun yang lalu dan batu tersebut baru sampai di dasar neraka saat ini.4
Subhanallah .. begitu luar biasa dalamnya neraka.
Dalam ayat selanjutnya, Allah Ta'ala akan menceritakan keadaan siksaan di neraka -semoga Allah melindungi kita darinya-.
Sifat Neraka: Neraka Berteriak dan Mendidih
Allah Ta'ala berfirman,
إِذَا أُلْقُوا فِيهَا سَمِعُوا لَهَا شَهِيقًا وَهِيَ تَفُورُ
Apabila mereka dilemparkan ke dalamnya mereka mendengar suara neraka yang mengerikan, sedang neraka itu menggelegak.” (QS. Al Mulk: 7). Ayat ini menceritakan keadaan orang kafir ketika mereka dilemparkan ke dalam neraka.
Apa yang dimaksud syahiqo dalam ayat di atas?
Ibnu Jarir Ath Thobari mengatakan bahwa makna syahiq adalah suara yang keluar dari bagian dalam tubuh dengan sangat kuatnya seperti suara keledai.5 Atau ringkasnya syahiq bermakna teriakan.6
Maksudnya adalah ketika orang kafir itu dilemparkan ke dalam neraka, neraka pun akan teriak. Lantas bagaimanakah lagi siksaan neraka bagi orang-orang kafir tersebut?!7
Apa yang dimaksud dengan tafuur?
Ibnu Jarir Ath Thobari mengatakan bahwa makna tafuur adalah mendidih.8 Sufyan Ats Tsauri mengatakan, “Neraka itu mendidih gara-gara orang kafir yang masuk di dalamnya. Gambaran mendidihnya adalah seperti sebuah biji yang jumlahnya sedikit mendidih dalam air yang jumlahnya banyak.”9
Itulah keadaan neraka yang berteriak dengan kencangnya dan mendidih gara-gara orang kafir yang masuk di dalamnya.
Sifat Neraka: Neraka Marah
Allah Ta'ala berfirman,
تَكَادُ تَمَيَّزُ مِنَ الْغَيْظِ
Hampir-hampir (neraka) itu terpecah-pecah lantaran marah.” (QS. Al Mulk: 8). Ibnu 'Abbas mengatakan bahwa neraka hampir-hampir saja terpecah lantaran marah.
Yang memiliki perkaataan serupa dengan Ibnu 'Abbas adalah Adh Dhohak dan Ibnu Zaid -rahimahumullah-. Allah marah terhadap orang yang bermaksiat pada-Nya dan murka pada Allah.10
Syaikh 'Abdurrahman bin Nashir As Sa'di -rahimahullah- berkata, “Neraka hampir-hampir saja terpecah lantaran marah pada orang-orang kafir. Lantas bagaimana tanggapanmu, apa yang akan dilakukan neraka pada orang-orang kafir tersebut ketika mereka berada dalam neraka?!”11
Seperti itulah neraka. Ketika orang kafir masuk ke dalamnya saja, ia begitu marah. Lantas bagaimana lagi siksaan yang menimpa mereka?! Semoga Allah melindungi kita dari siksaan yang pedih ini.
Sudahkah Datang Kepada Orang Kafir Pemberi Peringatan?
Selanjutnya Allah Ta'ala berfirman,
كُلَّمَا أُلْقِيَ فِيهَا فَوْجٌ سَأَلَهُمْ خَزَنَتُهَا أَلَمْ يَأْتِكُمْ نَذِيرٌ
Setiap kali dilemparkan ke dalamnya sekumpulan (orang-orang kafir), penjaga-penjaga (neraka itu) bertanya kepada mereka: "Apakah belum pernah datang kepada kamu (di dunia) seorang pemberi peringatan?" (QS. Al Mulk: 8).
Maksudnya, penduduk neraka ditanya apakah di dunia sudah datang pada mereka pemberi peringatan tentang adzab neraka yang mereka alami saat ini?12
Orang-orang kafir lantas menjawab,
بَلَى قَدْ جَاءَنَا نَذِيرٌ فَكَذَّبْنَا وَقُلْنَا مَا نَزَّلَ اللَّهُ مِنْ شَيْءٍ إِنْ أَنْتُمْ إِلَّا فِي ضَلَالٍ كَبِيرٍ
Benar ada", sesungguhnya telah datang kepada kami seorang pemberi peringatan, maka kami mendustakan(nya) dan kami katakan: "Allah tidak menurunkan sesuatupun; kamu tidak lain hanyalah di dalam kesesatan yang besar". ” (QS. Al Mulk: 9)
Lihatlah jawaban orang kafir:
  1. Mereka mendustakan pemberi peringatan yang diutus pada mereka.
  2. Mereka mendustakan secara umum yaitu dengan mengatakan bahwa mereka tidak diturunkan wahyu sedikit pun.
  3. Namun tidak berhenti sampai di situ, mereka pun menyesat-nyesatkan para rasul yang memberi peringatan. Padahal para rasul adalah orang yang memberi petunjuk dan diberi petunjuk oleh Allah.
  4. Tidak cukup hanya menyesatkan para rasul. Mereka pun menyatakan bahwa para rasul telah berada dalam kesesatan yang besar.
Adakah penentangan, kesombongan dan kezholiman yang menyerupai kelakuan orang kafir ini?!13 Na'udzu billahi min dzalik.
Seseorang Akan Disiksa Jika Telah Datang Peringatan padanya
Faedah lain dari surat Al Mulk ayat 8 dan 9 adalah menunjukkan keadilan Allah Ta'ala. Yaitu seorang hamba tidaklah disiksa melainkan setelah ditegakkan hujjah pada dirinya dan telah diutus seorang Rasul padanya. Sebagaimana Allah Ta'ala berfirman dalam ayat lainnya,
وَمَا كُنَّا مُعَذِّبِينَ حَتَّى نَبْعَثَ رَسُولا
Dan Kami tidak akan meng'azab sebelum Kami mengutus seorang rasul.” (QS. Al Isro': 15)
حَتَّى إِذَا جَاءُوهَا فُتِحَتْ أَبْوَابُهَا وَقَالَ لَهُمْ خَزَنَتُهَا أَلَمْ يَأْتِكُمْ رُسُلٌ مِنْكُمْ يَتْلُونَ عَلَيْكُمْ آيَاتِ رَبِّكُمْ وَيُنْذِرُونَكُمْ لِقَاءَ يَوْمِكُمْ هَذَا قَالُوا بَلَى وَلَكِنْ حَقَّتْ كَلِمَةُ الْعَذَابِ عَلَى الْكَافِرِينَ
Sehingga apabila mereka sampai ke neraka itu dibukakanlah pintu-pintunya dan berkatalah kepada mereka penjaga-penjaganya: "Apakah belum pernah datang kepadamu rasul-rasul di antaramu yang membacakan kepadamu ayat-ayat Tuhanmu dan memperingatkan kepadamu akan pertemuan dengan hari ini?" Mereka menjawab: "Benar (telah datang)". Tetapi telah pasti berlaku ketetapan azab terhadap orang-orang yang kafir. ” (QS. Az Zumar: 71)14
Penjelasan ini adalah untuk keadaan di akhirat nanti yaitu seseorang tidak akan disiksa sampai datang padanya seorang Rasul atau pemberi peringatan. Namun untuk di dunia, seseorang dihukumi sesuai dengan agama yang dia menyandarkan dirinya padanya. Jika saat ini seseorang menyandarkan dirinya pada agama Yahudi dan Nashrani, maka status orang tersebut kafir. Namun apakah ia mendapatkan hukuman di akhirat? Ini tergantung dari telah sampai pada dirinya peringatan ataukah tidak. Semoga kita memahami hal ini.
Orang Kafir Begitu Menyesal
Selanjutnya Allah Ta'ala berfirman,
وَقَالُوا لَوْ كُنَّا نَسْمَعُ أَوْ نَعْقِلُ مَا كُنَّا فِي أَصْحَابِ السَّعِيرِ
“ Dan mereka berkata: "Sekiranya kami mendengarkan atau memikirkan (peringatan itu) niscaya tidaklah kami termasuk penghuni-penghuni neraka yang menyala-nyala" (QS. Al Mulk: 10)
Orang kafir ini berandai-andai jika saja mereka adalah orang-orang yang mendapat petunjuk, yaitu pendengaran dan akal mereka bisa mengambil manfaat terhadap wahyu yang Allah turunkan dan Rasul yang datang di tengah-tengah mereka. Namun mereka tidak memanfaatkan pendengaran dan akal. Hal ini jauh berbeda dengan orang yang mendapatkan petunjuk yang memanfaatkan pendengaran dan akal mereka untuk mengilmui dan mengamalkan ilmu.15
Akhirnya, Orang Kafir Mengakui Kesalahan Mereka
Allah Ta'ala berfirman,
فَاعْتَرَفُوا بِذَنْبِهِمْ فَسُحْقًا لِأَصْحَابِ السَّعِيرِ
Mereka mengakui dosa mereka. Maka kebinasaanlah bagi penghuni-penghuni neraka yang menyala-nyala.” (QS. Al Mulk: 11). Akhirnya, orang-orang kafir itu mengakui dosa-dosa mereka. Sebagaimana hal ini terdapat dalam sabda Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam,
لَنْ يَهْلِكَ النَّاسُ حَتَّى يُعْذِرُوا مِنْ أَنْفُسِهِمْ
Seorang tidak akan merasa dirinya binasa hingga ia pun mengakui kesalah-kesalahan yang dirinya lakukan sendiri.16
Lihat pula hadits dari Abu Hurairah berikut.
لاَ يَدْخُلُ أَحَدٌ النَّارَ إِلاَّ أُرِىَ مَقْعَدَهُ مِنَ الْجَنَّةِ لَوْ أَحْسَنَ لِيَكُونَ عَلَيْهِ حَسْرَةً وَلاَ يَدْخُلُ الْجَنَّةَ أَحَدٌ إِلاَّ أُرِىَ مَقْعَدَهُ مِنَ النَّارِ لَوْ أَسَاءَ لِيَزْدَادَ شُكْراً
Seseorang yang masuk neraka akan menyesal ketika ia ditampakkan tempat duduknya di surga seandainya surga itu baik baginya. Dan seseorang yang masuk surga akan bertambah syukur ketika ia ditampakkan tempat duduknya di neraka seandainya neraka layak untuknya.”17 18
Demikian beberapa faedah penting dari surat Al Mulk ayat 6-11. Semoga bermanfaat dan semakin menambah keimanan kita.
Ya Allah, kami meminta kepada-Mu surga dan berlindung kepada-Mu dari siksa neraka.
Begitu sejuknya hati ini jika tiap hari selalu diisi dengan siraman ayat-ayat Al Qur'an. Semoga Allah senantiasa memberi keistiqomahan

Selasa, 18 Juni 2013

HAKIKAT MAKNA IBADAH dan SYAHADAT


Alloh swt berfirman:
وَلَقَدْ بَعَثْنَا فِي كُلِّ أُمَّةٍ رَسُولًا أَنِ اعْبُدُوا اللَّهَ وَاجْتَنِبُوا الطَّاغُوتَ فَمِنْهُمْ مَنْ هَدَى اللَّهُ وَمِنْهُمْ مَنْ حَقَّتْ عَلَيْهِ الضَّلَالَةُ فَسِيرُوا فِي الْأَرْضِ فَانْظُرُوا كَيْفَ كَانَ عَاقِبَةُ الْمُكَذِّبِينَ
Dan sungguhnya kami Telah mengutus Rasul pada tiap-tiap umat (untuk menyerukan): "Sembahlah Allah (saja), dan jauhilah Thaghut itu", Maka di antara umat itu ada orang-orang yang diberi petunjuk oleh Allah dan ada pula di antaranya orang-orang yang Telah pasti kesesatan baginya Maka berjalanlah kamu dimuka bumi dan perhatikanlah bagaimana kesudahan orang-orang yang mendustakan (rasul-rasul).(QS 16:36)
Inilah hakikat dakwah para rosul yaitu menyeru manusia untuk hanya beribadah kepada Alloh swt dan meninggalkan semua bentuk thowaghit (jamak dari thogut) hal ini juga senada dengan kalimat la ilaha ilalloh yaitu tidak ada ilah yang berhak di ibadahi kecuali Alloh serta meniadakan bentuk peribadatan kepada selain Alloh. Bahwa diantara syarat diterimanya ibadah adalah ikhlas yaitu semata mata menjalankan ketaatan kepada Alloh serta meniadakan ketaatan kepada selain Alloh.
Ibadah secara bahasa menghinakan diri tunduk dan patuh.
Sedangkan ibadah menurut istilah adalah segala sesuatu yang Alloh cintai dan Alloh ridhoi dari perkataan dan perbuatan secara lahir maupun bathin.
Maka Alloh swt memerintahkan kepada kita untuk hanya memberikan ketundukan dan kepatuhan hanya kepada Alloh swt serta meninggalkan semua bentuk ketaatan dan ketundukan kepada selain aturan Alloh swt. Ingatlah, bahwa Rosululloh saw menyeru kaumnya yang ketika itu dalam keadaan jahiliyah kepada islam. Dan harus di ingat bahwa yang disebut jaman jahiliyah bukanlah jaman dimana manusia tidak mengenal sebuah tulisan, perdagangan, ataupun ilmu pengetahuan tapi yang disebut jaman jahiliyah adalah jaman dimana manusia tidak menjadikan aturan Alloh sebagai aturan hidup. Bahkan pada jaman jahiliyah merekapun mengakui bahwa Alloh swt lah yang menciptakan langit dan bumi sebagaimana Alloh menerangkan dalam Al qur’an:
وَلَئِنْ سَأَلْتَهُمْ مَنْ خَلَقَ السَّمَاوَاتِ وَالأرْضَ لَيَقُولُنَّ اللهُ
Dan seandainya engkau tanyakan kepada mereka siapakah yang menciptakan langit dan bumi maka mereka akan mengatakan Alloh (QS 31:25)
Terus apa bedanya dengan hari ini yang mengatakan bahwa Alloh lah yang menciptakan langit dan bumi serta mengatur kehidupan manusia sementara mereka tidak menjadikan aturan Alloh sebagai aturan hidup dalam tatanan bermasyarakat ataupun bernegara. Maka lihatlah bagaimana Rosululloh mengeluarkan umat dari keadaan jahiliyah kedalam islam dengan cara mengikrarkan dua kalimat syahadat. Karena dengan dua kalimat itulah yang akan menentukan wala dan bara’nya seseorang.

CUKUPKAH BAHWA KALIMAT TAUHID (SYAHADATAIN) MENJADI KEYAKINAN HATI SAJA TANPA SEBUAH PENGIKRARAN ATAU TANPA SEBUAH PENGAMALAN DAN TANPA MENGERTI MAKNANYA


Nabi saw, bersabda:
مَنْ قَالَ لَا إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ وَكَفَرَ بِمَا يُعْبَدُ مِنْ دُونِ اللَّهِ حَرُمَ مَالُهُ وَدَمُهُ وَحِسَابُهُ عَلَى اللَّهِ

“barangsiapa mengucapkan la ilaha illalloh dan mengingkari segala yang disembah selain Alloh, maka sucilah darah dan harta dan darahnya. Sementara itu, perhitungannya adalah urusan Alloh
Syaikh muhammad bin abdul wahab mengatakan dalam kitab tauhid “ini merupakan penjelasan paling agung tentang makna la ilaha ilalloh. Melafalkannya saja tidak cukup sebagai pelindung bagi darah dan harta. Bahkan juga belum cukup hanya dengan mengerti maknanya lalu mengucapkan dan mengikrarkannya, maupun ketika ia hanya menyeru Alloh yang tiada sekutu baginya, harta dan darahnya tidak suci dan terlindungi sebelum ia menyertainya dengan mengingkari segala yang disembah selain Alloh. jika ia ragu-ragu atau bimbang, maka darah dan hartanya tidaklah suci (dilindungi).
Syaikh Muhammad kholil harots dalam kitab syarh kitab aqidah wasithiyah mengatakan bahwa syahadah adalah mengabarkan sesuatu yang dia ketahui tentang hal itu, meyakini kebenarannya dan ketetapannya, dan tidaklah disebutkan sebuah persaksian kecuali diikuti dengan sebuah pengikraran dan pengakuan, menyepakatinya dengan hati yang di ikrarkan oleh lisan.karena sesungguhnya Alloh swt telah mendustakan orang-orang munafiq dalam perkataan mereka
إِذَا جَاءَكَ الْمُنَافِقُونَ قَالُوا نَشْهَدُ إِنَّكَ لَرَسُولُ اللَّهِ وَاللَّهُ يَعْلَمُ إِنَّكَ لَرَسُولُهُ وَاللَّهُ يَشْهَدُ إِنَّ الْمُنَافِقِينَ لَكَاذِبُونَ
“apabila orang-orang munafik datang kepadamu, mereka berkata: "Kami bersaksi, bahwa sesungguhnya kamu benar-benar Rasul Allah". Dan Allah mengetahui bahwa sesungguhnya kamu benar-benar Rasul-Nya; dan Allah mengetahui bahwa sesungguhnya orang-orang munafik itu benar-benar orang pendusta. (QS 63:1) meskipun mereka mengatakannya dengan lisan-lisan mereka.
Dalam kitab fathul majid syarh kitab tauhid syaikh Abdurrohman bin hasan mengatakan dalam hadits nabi “barang siapa yang bersaksi bahwasanya tidak ada ilah yang berhak di ibadahi kecuali Alloh” atau barang siapa yang mengucapkannya serta mengetahui maknanya dan mengamalkan tuntutannya secara lahir maupun bathin. Karena dalam persaksian dua kalimat syahadat harus mempunyai ilmu dan yakin serta mengamalkan apa yang menjadi konsekuensinnya. Sebagaimana firman Alloh:
فَاعْلَمْ أَنَّهُ لَا إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ
Ketahuilah bahwasanya tidak ada ilah yang berhak disembah kecuali Alloh (QS 47:19)
إِلَّا مَنْ شَهِدَ بِالْحَقِّ وَهُمْ يَعْلَمُونَ
Kecuali orang yang mengakui yang haq(tauhid) sedang mereka mengetahuinya (QS 43:86)
Adapun orang yang mengucapkannya tanpa mengetahui maknanya dan tidak meyakininya serta tidak mengamalkan tuntutannya yaitu berlepas diri dari bentuk kemusyrikan , serta ikhlas dalam perkataan dan perbuatan yaitu perkataan hati dan lisan, perbuatan hati dan anggota badan, maka tidaklah bermanpaat menurut kesepakatan( ijma).dalam kitab tersebut juga disebutkan bahwa dalam hadits “barangsiapa yang bersaksi” karena sesungguhnya persaksian tidaklah dikatakan sah kecuali disertai ilmu, yakin, ikhlas dan membenarkannya. Ibbnu Abbas berkata bahwa orang yang bersaksi bahwasanya tidak ada ilah yang berhak disembah kecuali Alloh menuntut bahwa orang yang bersaksi mengetahui bahwasanya tidak ada ilah yang berhak disembah kecuali Alloh.
Bahwa pengikraran dua kalimat syahadat adalah pengakuan dan pernyataan seseorang akan keimanannya. Maka marillah kita lihat hakikat iman yang sebenarnya.
Hakikat iman
Hakikat iman adalah membenarkan dengan hati, mengikrarkan dengan lisan, mengerjakannya dengan anggota badan bertambahnya dengan ketaatan dan berkurangnya dengan kemaksiatan.
1. tasdiqun bilqolbi (membenarkan dengan hati)
membenarkan dengan hati apa-apa yang telah Alloh tetapkan dalam kitabnya tanpa ada keragu-raguan sebagaimana dalam firmannya:
إِنَّمَا الْمُؤْمِنُونَ الَّذِينَ آَمَنُوا بِاللَّهِ وَرَسُولِهِ ثُمَّ لَمْ يَرْتَابُوا وَجَاهَدُوا بِأَمْوَالِهِمْ وَأَنْفُسِهِمْ فِي سَبِيلِ اللَّهِ أُولَئِكَ هُمُ الصَّادِقُونَ
Sesungguhnya orang-orang yang beriman hanyalah orang-orang yang beriman kepada Allah dan Rasul-Nya kemudian mereka tidak ragu-ragu dan mereka berjihad dengan harta dan jiwa mereka pada jalan Allah, mereka itulah orang-orang yang bena (QS 49:15)
Lihatlah bagaimana dalam al qur’an menjelaskan ketika orang badui datang kepada Rosul mengakui keimanannya akan tetapi tanpa adanya sebuah keyakinan dari hatinya maka Alloh berfirman:
قَالَتِ الْأَعْرَابُ آَمَنَّا قُلْ لَمْ تُؤْمِنُوا وَلَكِنْ قُولُوا أَسْلَمْنَا وَلَمَّا يَدْخُلِ الْإِيمَانُ فِي قُلُوبِكُمْ وَإِنْ تُطِيعُوا اللَّهَ وَرَسُولَهُ لَا يَلِتْكُمْ مِنْ أَعْمَالِكُمْ شَيْئًا إِنَّ اللَّهَ غَفُورٌ رَحِيمٌ
Orang-orang Arab Badui itu berkata: "Kami telah beriman". Katakanlah (kepada mereka): "Kamu belum beriman, tetapi katakanlah: "Kami telah tunduk", karena iman itu belum masuk ke dalam hatimu dan jika kamu taat kepada Allah dan Rasul-Nya, Dia tiada akan mengurangi sedikit pun (pahala) amalanmu; sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang (QS 49:14)
Maka dalam ayat ini menunjukan pentingnya sebuah keilmuan yang akan melahirkan sebuah keyakinan. Dan Alloh swt telah melarang kita untuk tidak mengikuti sesuatu tanpa berdasarkan ilmu.Alloh berfirman
وَلَا تَقْفُ مَا لَيْسَ لَكَ بِهِ عِلْمٌ إِنَّ السَّمْعَ وَالْبَصَرَ وَالْفُؤَادَ كُلُّ أُولَئِكَ كَانَ عَنْهُ مَسْئُولًا
Dan janganlah kalian mengikuti sesuatu yang kalian tidak mengetahui hal itu karena sesungguhnya pendengaran, penglihatan dan hati semuanya akan diminta pertanggung jawaban(QS 17:36)
oleh karena itu, seseorang tidak akan mungkin mengatakan bahwa itu adalah benar tanpa dia tau akan hal tersebut dengan keilmuannya. Maka diantara syarat syah syahadat harus adanya ilmu dan yakin. Karena bagaimana mungkin seseorang akan meyakini yang dia yakini sementara dia tidak mengetahui apa-apa yang dia yakini.setelah seseorang muslim meyakini keimanan beserta ilmunya maka ia dituntut adanya sebuah pengikraran, karena tidaklah cukup seseorang meyakininya tanpa adanya sebuah pengikraran. Sama halnya dengan paman Nabi yaitu Abu tholib, betapapun ia adalah seorang yang membantu perjuangan beliau tapi tidaklah dikatakan orang yang beriman karena tidak mengikrarkan dua kalimat syahadat.


2. Al iqroru bi lisan (mengucapkannya dengan lisan)
Hakikat iman yang kedua adalah mengikrarkannya yaitu mengikrarkan dua kalimat syahadat tentu dengan syarat-syarat yang telah dijelaskan diatas. Sebagaimana gambaran para nabi ketika diambil perjanjian dengan Alloh:
وَإِذْ أَخَذَ اللَّهُ مِيثَاقَ النَّبِيِّينَ لَمَا آَتَيْتُكُمْ مِنْ كِتَابٍ وَحِكْمَةٍ ثُمَّ جَاءَكُمْ رَسُولٌ مُصَدِّقٌ لِمَا مَعَكُمْ لَتُؤْمِنُنَّ بِهِ وَلَتَنْصُرُنَّهُ قَالَ أَأَقْرَرْتُمْ وَأَخَذْتُمْ عَلَى ذَلِكُمْ إِصْرِي قَالُوا أَقْرَرْنَا قَالَ فَاشْهَدُوا وَأَنَا مَعَكُمْ مِنَ الشَّاهِدِينَ
Dan (ingatlah), ketika Allah mengambil perjanjian dari para nabi: "Sungguh, apa saja yang Aku berikan kepadamu berupa kitab dan hikmah, kemudian datang kepadamu seorang rasul yang membenarkan apa yang ada padamu, niscaya kamu akan sungguh-sungguh beriman kepadanya dan menolongnya". Allah berfirman: "Apakah kamu mengakui dan menerima perjanjian-Ku terhadap yang demikian itu?" mereka menjawab: "Kami mengakui". Allah berfirman: "Kalau begitu saksikanlah (hai para nabi) dan Aku menjadi saksi (pula) bersama kamu".(QS 3:81)
Karena hakikat syahadatain adalah sebuah perjanjian siap taat dengan apa yang Alloh perintahkan dan menjauhi apa yang menjadi larangannya yang harus ditepati oleh seorang muslim.Alloh berfirman:
وَأَوْفُوا بِعَهْدِ اللَّهِ إِذَا عَاهَدْتُمْ وَلَا تَنْقُضُوا الْأَيْمَانَ بَعْدَ تَوْكِيدِهَا وَقَدْ جَعَلْتُمُ اللَّهَ عَلَيْكُمْ كَفِيلًا إِنَّ اللَّهَ يَعْلَمُ مَا تَفْعَلُونَ
Dan tepatilah perjanjian dengan Allah apabila kamu berjanji dan janganlah kamu membatalkan sumpah-sumpah (mu) itu, sesudah meneguhkannya, sedang kamu telah menjadikan Allah sebagai saksimu (terhadap sumpah-sumpah itu). Sesungguhnya Allah mengetahui apa yang kamu perbuat.(QS 16:91)
Kemudian persaksian inilah yang akan menyebabkan seseorang mendapatkan syafaat. Alloh swt berfirman:
لَا يَمْلِكُونَ الشَّفَاعَةَ إِلَّا مَنِ اتَّخَذَ عِنْدَ الرَّحْمَنِ عَهْدًا
Mereka tidak berhak mendapatkan syafaat(pertolongan) kecuali orang yang mengadakan peranjian disisi Alloh yang maha pengasih(QS 19:87)
Ibnu katsir begitu juga ibnu Abbas menafsirkan kalimat العهد (perjanjian) adalah persaksian bahwasanya tidak ada ilah yang berhak disembah kecuali Alloh . Rosululloh saw pun bersabda
أَسْعَدُ النَّاسِ بِشَفَاعَتِي يَوْمَ الْقِيَامَةِ مَنْ قَالَ لَا إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ خَالِصًا مِنْ قَلْبِهِ أَوْ نَفْسِهِ
Orang yang paling berbahagia dengan syafaatku adalah orang yang mengucapkan la ilaha ilalloh secara tulus ikhlas dari hatinya, atau dari jiwanya.
وشفاعتي لمن شهد أن لا إله إلا الله مخلصا يصدق قلبه لسانه ، ولسانه قلبه
Syafaatku adalah untuk orang yang bersaksi bahwa tidak ada ilah yang berhak diibadahi selain Alloh secara tulus ikhlas, hatinya membenarkan lisannya dan lisannya membenarkan hatinya.

Akan tetapi tidaklah cukup seorang muslim yang mengikrarkan dua kalimat syahadat tanpa dilanjutkan dengan sebuah perbuatan. Sebagaimana Alloh telah mendustakan perkataan orang-orang munafiq. dalam firmannya:
إِذَا جَاءَكَ الْمُنَافِقُونَ قَالُوا نَشْهَدُ إِنَّكَ لَرَسُولُ اللَّهِ وَاللَّهُ يَعْلَمُ إِنَّكَ لَرَسُولُهُ وَاللَّهُ يَشْهَدُ إِنَّ الْمُنَافِقِينَ لَكَاذِبُونَ
Apabila orang-orang munafik datang kepadamu, mereka berkata: "Kami mengakui (bersaksi), bahwa sesungguhnya kamu benar-benar Rasul Allah". Dan Allah mengetahui bahwa sesungguhnya kamu benar-benar Rasul-Nya; dan Allah mengetahui bahwa sesungguhnya orang-orang munafik itu benar-benar orang pendusta.(QS 63:1)
3. Al amalu bil arkan (mengerjakannya dengan seluruh anggota badan)
Alloh swt berfirman:
إِنَّ الَّذِينَ آمَنُوا وَعَمِلُوا الصَّالِحَاتِ كَانَتْ لَهُمْ جَنَّاتُ الْفِرْدَوْسِ نُزُلًا
Sesungguhnya orang-orang yang beriman dan beramal saleh, bagi mereka adalah surga Firdaus menjadi tempat tinggal( QS 18:107)
Syaikh Abdulloh bin abdul hamid al atsari dalam kitab al waziz fi aqidah salafu sholih ahlussunnah wal jamaah berkata, bahwasanya Imam al auza’i dan sufyan atsauri berkata”tidak ada iman kecuali dengan amal, dan tidak ada pengucapan dan perbuatan kecuali dengan niat, dan tidak ada pengucapan, pengamalan dan niat kecuali kecuali sesuai dengan sunnah.
Syaikhul islam ibnu taimiyah dalam kitabul iman berkata bahwasanya hasan basri berkata” iman bukanlah hanya sekedar omong kosong dan angan-angan, akan tetapi apa yang terbesit dalam hati kemudian dibenarkan oleh perbuatan.
Ibnu hajar dalam fathul bari pada babul iman berkata bahwasanya imam syafii berkata:”iman adalah perkataan dan perbuatan, bertambah dan berkurangbertambahnya denganketaatan dan berkurang dengan kemaksiatan.
Tidaklah cukup orang yang hanya meyakininya tanpa ada pengikraran, dan tidaklah cukup hanya dengan pengikraran tanpa adanya pengamalan. Akan tetapi ketiga-tiganya harus dilaksanakan, kalaulah salah satunya ditinggalkan maka belumlah disebut orang yang beriman.

KONSEKUENSI SYAHADATAIN


Bahwa semenjak seorang muslim mengikrarkkan dua kalimah syahadah maka semenjak itulah ia menyatakan dirinya siap menerima kedaulatan Alloh sebagai Robb yaitu menjadikan Alloh satu-satunya yang wajib di ibadahi dan ditaati dalam hukum-hukumnya menjalankan apa-apa yang menjadi perintahnya serta menjauhi apa-apa yang menjadi larangannya, serta membenarkan apa-apa yang dibawa oleh Rosululloh Saw dengan menjalankan apa yang beliau perintahkan dan menjauhi apa-apa yang dilarangnya serta siap membela, mengikuti jejak langkah perjuangannya sehingga tegaknya dien ini diatas dien-dien yang lain. Sebagaimana Alloh berfirman:
Dia-lah yang mengutus rasul-Nya dengan membawa petunjuk(Al-qur’an) dan agama(aturan) yang benar agar dia memenangkannya di atas segala agama-agama (aturan-aturan/ideology-ideologi) meskipun orang musyrik membenci.(QS 61:9)
Kalimat inilah yang akan membedakan orang mu’min dan kafir, kalimat ini pulalah yang akan melahirkan sikap wala’ dan bara’nya seorang mu’min sehingga hanya akan memberikan wala’nya(loyalitas) hanya kepada Alloh, Rosul dan orang-orang yang beriman. Alloh berfirman:
Artinya sesungguhnya penolongmu hanyalah Alloh dan Rosulnya dan orang-orang yang beriman,yang melaksanakan sholat dan menunaikan zakat seraya tunduk kepada Alloh.dan barang siapa menjadikan Alloh dan Rosulnya dan orang-orang yang beriman sebagi penolongnya,maka sungguh,pengikut agama Alloh lah yang menang (QS 5:55-56)
Serta tidak menjadikan musuh-musuh Alloh sebagai wali diantara orang-orang yang beriman. Sebagaimana dalam firmannya:
artinya:janganlah orang-orang beriman menjadikan orang kafir sebagai pemimpin dan meninggalkan orang-orang beriman barang siapa berbuat demikian,niscaya dia tidak akan mendapat apapun dari Alloh kecuali karena siasat menjaga diri dari sesuatu yang kamu takuti dari mereka.dan Alloh memperingatkan kamu akan diri(siksa)nya dan hanya kepada Alloh tempat kembali(QS 3:28).
Artimya:wahai orang-orang yang beriman! Janganlah kamu menjadikan musuhku dan musuhmu sebagai teman-teman setia sehingga kamu sampaikan kepada mereka(berita-berita Muhammad),karena rasa kasih sayang ,padahal mereka telah ingkar kepada kebenaran yang disampaikan kepadamu(QS 60:1)
Serta bersikap bara’ (berlepas diri) dari bentuk kekafiran, sebagaimana gambaran bara’nya nabi ibrohim dari kkaumnya. Alloh berfirman:

Sesungguhnya telah ada suri teladan yang baik bagimu pada Ibrahim dan orang-orang yang bersama dengan dia; ketika mereka berkata kepada kaum mereka: Sesungguhnya kami berlepas diri dari kamu dan dari apa yang kamu sembah selain Allah, kami ingkari (kekafiran) mu dan telah nyata antara kami dan kamu permusuhan dan kebencian buat selama-lamanya sampai kamu beriman kepada Allah saja. Kecuali perkataan Ibrahim kepada bapaknya: "Sesungguhnya aku akan memohonkan ampunan bagi kamu dan aku tiada dapat menolak sesuatu pun dari kamu (siksaan) Allah". (Ibrahim berkata): "Ya Tuhan kami, hanya kepada Engkaulah kami bertawakal dan hanya kepada Engkaulah kami bertobat dan hanya kepada Engkaulah kami kembali,(QS 60:4)
Kemudian sikap bara’nya nabi Muhammad saw terhadap orang-orang kafir. Alloh Swt bwrfirman:
Katakanlah: "Hai orang-orang yang kafir, aku tidak akan menyembah apa yang kamu sembah. Dan kamu bukan penyembah Tuhan yang aku sembah. Dan aku tidak pernah menjadi penyembah apa yang kamu sembah. Dan kamu tidak pernah (pula) menjadi penyembah Tuhan yang aku sembah. Untukmulah agamamu dan untukkulah agamaku"(QS 109:1-6)
Alangkah indahnya ayat ini untuk kita pahami lebih dalam sehingga cukuplah menjadi tolak ukur bahwa kita dilarang untuk mengikuti sistem-sistem orang-orang kafir dengan dalih apapun itu, karena diantara syarat iman kepada Alloh adalah menafikan semua bentuk thowagit (jamak dari thogut) yaitu meniadakan sesembahan, ketaatan, aturan dan hukum selain Alloh. Alloh Swt berfirman:
sesungguhnya telah jelas jalan yang benar daripada jalan yang sesat. Karena itu barang siapa yang ingkar kepada Thaghut dan beriman kepada Allah, maka sesungguhnya ia telah berpegang kepada buhul tali yang amat kuat yang tidak akan putus. Dan Allah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui.(QS 2:256)
maka diantara tuntutan syahadatain adalah wala dan bara’ sehingga akan melahirkan furqon (pembeda) antara yang haq dan yang bathil. Maka dikarenakan jahilnya terhadap kalimat ini begitu banyak umat muslim yang mereka mengaku seorang muslim akan tetapi tidak jelas wala’ dan bara’nya sehingga mereka masih ridho dengan aturan selain aturan Alloh. sebagaimana Alloh berfirman;
Apakah kamu tidak memperhatikan orang-orang yang mengaku dirinya telah beriman kepada apa yang diturunkan kepadamu dan kepada apa yang diturunkan sebelum kamu? Mereka hendak berhakim kepada thaghut, padahal mereka telah diperintah mengingkari thaghut itu. Dan syaitan bermaksud menyesatkan mereka (dengan) penyesatan yang sejauh-jauhnya.(QS 4:60)
Bahkan diantara mereka yang mengaku para pejuang kebenaran menjadi sebahagian orang-orang yang mensukseskan sistem kufur dengan menjadikan musuh-musuh Alloh sebagai teman dan duduk bersama merumuskan undang-undang yang menyelisihi Al-qur’an. Padahal jelas-jelas Alloh telah berfirman:
Dan sungguh Allah telah menurunkan kepada kamu di dalam Al Qur'an bahwa apabila kamu mendengar ayat-ayat Allah diingkari dan diperolok-olokkan (oleh orang-orang kafir), maka janganlah kamu duduk beserta mereka, sehingga mereka memasuki pembicaraan yang lain. Karena sesungguhnya (kalau kamu berbuat demikian), tentulah kamu serupa dengan mereka. Sesungguhnya Allah akan mengumpulkan semua orang-orang munafik dan orang-orang kafir di dalam Jahanam,(QS 4:140)
Syaikh muhammad bin Abdulloh bin sholih assahim dalam kitab al islamu usuluhu wa mabadi ihi berkata bahwa konsekuensi la ilaha illalloh adalah ikhlas dalam beribadah semata mata karena Alloh, serta menafyikan selainnya. Serta mengkufuri apa-apa yang disembah ataupun ditaati selain Alloh, karena barang siapa yang mengucapkan persaksian ini akan tetapi tidak mengkufuri sesembahan sesembahan selain Alloh maka kalimat persaksian ini tidaklah bermanfaat.
Dan diantara konsekuansi syahadat Muhammad Rosululloh adalah mentaati apa yang diperintahkannya, membenarkan apa yang dia bawa, meninggalkan apa yang dilarangnya, mencukupkan diri dengan mengamalkan sunnahnya, dan meninggalkan yang lain dari hal-hal bid’ah dan muhdatsat (baru), serta mendahulukan sabdanya di atas segala pendapat orang.
Rosululloh Saw bersabda:
لَا يُؤْمِن أَحَدكُمْ حَتَّى يَكُون هَوَاهُ تَبَعًا لِمَا جِئْت بِهِ
Tidaklah dikatakan beriman seseorang diantara kalian sehingga hawa nafsunya mengikuti apa-apa yang aku datang dengannya(lihat hadits arbain an nawawi)

HAL-HAL YANG MEMBATALKAN KEISLAMAN


Dalam buku karangan syaikh Abdul aziz bin baz yang berjudul nawaqidul islam atau syaikh muhammad bin said al-qahthani dalam kitab wala’ wal bara’ mengatakan bahwa hal-hal yang membatalkan keislaman adalah sebagai berikut:
Pertama:
Diantara sepuluh hal yang membatalkan keislaman tersebut adalah mempersekutukan Allah  ( syirik ) dalam beribadah.
Allah  berfirman:
إن الله لا يغفر أن يشرك به ويغفر ما دون ذلك لمن يشاء

Sesungguhnya Allah  tidak mengampuni dosa syirik(menyekutukan ) kepadaNya, tetapi mengampuni dosa selain itu, kepada orang – orang yang dikehendakinya “.( Qs 4 : 116)

Allah  berfirman:

إنه من الجنة ومأواه النار وما للظالمين من أنصار يشرك بالله فقد حرم الله عليه

sesungguhnya orang yang mempersekutukan Allah, niscaya Allah akan mengharamkan surga baginya, dan tempat tinggalnya (kelak) adalah neraka, dan tiada seorang penolong pun bagi orang – orang zhalim” .( QS 5: 72).

Dan di antara perbuatan kemusyrikan tersebut adalah ; meminta do’a dan pertolongan kepada orang- orang yang telah mati, bernadzar dan menyembelih korban untuk mereka.

Kedua:
Menjadikan sesuatu sebagai perantara antara dirinya dengan Allah , meminta do’a dan syafaat serta bertawakkal ( berserah diri ) kepada perantara tersebut.
وَيَعْبُدُونَ مِنْ دُونِ اللَّهِ مَا لَا يَضُرُّهُمْ وَلَا يَنْفَعُهُمْ وَيَقُولُونَ هَؤُلَاءِ شُفَعَاؤُنَا عِنْدَ اللَّهِ قُلْ أَتُنَبِّئُونَ اللَّهَ بِمَا لَا يَعْلَمُ فِي السَّمَاوَاتِ وَلَا فِي الْأَرْضِ سُبْحَانَهُ وَتَعَالَى عَمَّا يُشْرِكُ
Dan mereka menyembah selain daripada Allah apa yang tidak dapat mendatangkan kemudharatan kepada mereka dan tidak (pula) kemanfaatan, dan mereka berkata: "mereka itu adalah pemberi syafa'at kepada kami di sisi Allah". Katakanlah: "Apakah kamu mengabarkan kepada Allah apa yang tidak diketahui-Nya baik di langit dan tidak (pula) dibumi?"Maha Suci Allah dan Maha Tinggi dan apa yang mereka mempersekutukan (itu).(QS 10:18)

Orang yang melakukan hal itu, menurut ijma’ ulama ( kesepakatan) para ulama, adalah kafir.

Ketiga :
Tidak menganggap kafir orang- orang musyrik, atau ragu atas kekafiran mereka, atau membenarkan konsep mereka. Orang yang demikian ini adalah kafir.

Keempat:
Berkeyakinan bahwa tuntunan selain tuntunan Nabi Muhammad  lebih sempurna, atau berkeyakinan bahwa hukum selain dari beliau lebih baik, seperti ; mereka yang mengutamakan aturan - aturan thaghut (aturan – aturan manusia yang melampaui batas serta menyimpang dari hukum Allah ), dan mengesampingkan hukum Rasulullah  , maka orang yang berkeyakinan demikian adalah kafir.
أَفَحُكْمَ الْجَاهِلِيَّةِ يَبْغُونَ وَمَنْ أَحْسَنُ مِنَ اللَّهِ حُكْمًا لِقَوْمٍ يُوقِنُونَ
Apakah hukum Jahiliyah yang mereka kehendaki, dan (hukum) siapakah yang lebih baik daripada (hukum) Allah bagi orang-orang yang yakin ? (QS 5:50)



Kelima :
Membenci sesuatu yang telah ditetapkan oleh Rasulullah  , meskipun ia sendiri mengamalkannya. Orang yang sedemikian ini adalah kafir. Karena Allah  telah berfirman :

ذلك بأنهم كرهوا ما أنزل الله فأحبط أعمالهم

Demikian itu adalah dikarenakan mereka benci terhadap apa yang di turunkan oleh Allah , maka Allah  menghapuskan (pahala ) segala amal perbuatan mereka”. ( Muhammad : 9).

Keenam:
Memperolok–olok sesuatu dari ajaran Rasulullah , atau memperolok – olok pahala maupun siksaan yang telah menjadi ketetapan agama Allah , maka orang yang demikian menjadi kafir, karena Allah  telah berfirman :

قل أبالله وآياته ورسوله كنتم تستهزئون لا تعتذروا قد كفرتم بعد إيمانكم

katakanlah ( wahai Muhammad ) terhadap Allah kah dan ayat – ayat Nya serta RasulNya kalian memperolok – olok ? tiada arti kalian meminta maaf, karena kamutelah kafir setelah beriman “ . (At- Taubah : 65- 66).

Ketujuh :
Sihir di antaranya adalah ilmu guna-guna yang merobah kecintaan seorang suami terhadap istrinya menjadi kebencian, atau yang menjadikan seseorang mencintai orang lain, atau sesuatu yang di bencinya dengan cara syaitani.dan orang yang melakukan hal itu adalah kafir, karena Allah  telah berfirman :

وما يعلمان من أحد حتى يقولا إنما نحن فتنة فلا تكفر

Sedang kedua malaikat itu tidak mengajarkan (suatu sihir) kepada seorangpun, sebelum mengatakan: sesungguhnya kami hanya cobaan bagimu, sebab itu janganlah kamu kafir “.( Al-Baqarah : 102.

Kedelapan:
Membantu dan menolong orang – orang musyrik untuk memusuhi kaum muslimin. Allah  berfirman:

ومن يتولّهم منكم فإنه منهم إن الله لا يهدي القوم الظالمين

Dan barang siapa diantara kamu mengambil mereka (Yahudi dan Nasrani ) menjadi pemimpin, maka sesungguhnya orang tersebut termasuk golongan mereka. sesungguhnya Allah tidak memberi petunjuk kepada orang – orang yang zhalim” .( Al- Maidah: 51).



Kesembilan:
Berkeyakinan bahwa sebagian manusia diperbolehkan tidak mengikuti syari’at Nabi Muhammad  , maka yang berkeyakinan seperti ini adalah kafir. Allah  berfirman :

ومن يبتغ غير الإسلام دينا فلن يقبل منه وهو في الآخرة من الخاسرين

Barang siapa menghendaki suatu agama selain Islam, maka tidak akan diterima agama itu dari padanya, dan ia di akhirat tergolong orang- orang yang merugi”.( Ali- Imran: 85).


Kesepuluh :
Berpaling dari ِِAgama Allah ; dengan tanpa mempelajari dan tanpa melaksanakan ajarannya. Allah  berfirman :

ومن أظلم ممن ذكر بآيات ربه ثم أعرض عنها إنَّا من المجرمين منتقمون .

Tiada yang lebih zhalim dari pada orang yang telah mendapatkan peringatan melalui ayat – ayat Tuhannya, kemudian ia berpaling dari padanya. Sesungguhnya kami minimpakan pembalasan kepada orang yang berdosa “. ( As- Sajadah : 22).

Dalam hal- hal yang membatalkan keislaman ini , tak ada perbedaan hukum antara yang main-main, yang sungguh- sunnguh ( yang sengaja melanggar ) ataupun yang takut, kecuali orang yang di paksa. Semua itu merupakan hal- hal yang paling berbahaya dan paling sering terjadi. Maka setiap muslim hendaknya menghindari dan takut darinya. Kita berlindung kepada Allah  dari hal- hal yang mendatangkan kemurkaan Nya dan kepedihan siksaanNya. Semoga shalawat dan salam dilimpahkan kepada makhluk Nya yang terbaik, para keluarga dan para sahabat beliau. Dengan ini maka habis dan selesai kata-katanya. Rahimahullah.

Termasuk dalam nomor empat :
Orang yang berkeyakinan bahwa aturan- aturan dan perundang – undangan yang diciptakan manusia lebih utama dari pada syariat Islam, atau bahwa syariat Islam tidak tepat untuk diterapkan pada abad ke dua puluh ini, atau berkeyakinan bahwa Islam adalah sebab kemunduran kaum muslimin, atau berkeyakinan bahwa Islam itu terbatas dalam mengatur hubungan antara manusia dengan Tuhannya saja, dan tidak mengatur urusan kehidupan yang lain.
Juga orang yang berpendapat bahwa melaksanakan hukum Allah  dan memotong tangan pencuri, atau merajam pelaku zina ( muhsan) yang telah kawin tidak sesuai lagi di masa kini.
Juga orang yang berkeyakinan diperbolehkannya menerapkan hukum selain hukum Allah  dalam segi mu’amalat syar’iyyah, seperti perdagangan, sewa menyewa, pinjam meminjam, dan lain sebagainya, atau dalam menentukan hukum pidana, atau lain-lainnya, sekalipun tidak disertai dangan keyakinan bahwa hukum- hukum tersebut lebih utama dari pada syariat Islam.
Kerena dengan demikian ia telah menghalalkan apa yang telah diharamkan oleh Allah  , menurut kesepakatan para ulama’.sedangkan setiap orang yang telah menghalalkan apa yang sudah jelas dan tegas diharamkan oleh Allah  dalam agama, seperti zina, minum arak, riba dan penggunaan perundang- undangan selain Syariat Allah , maka ia adalah kafir, merurut kesepakatan para ulama Islam.

MAKNA SYAHADAT


1. Al-iqror(لاقرارا ((pernyataan)
Alloh berfirman:
وَإِذْ أَخَذَ اللَّهُ مِيثَاقَ النَّبِيِّينَ لَمَا آَتَيْتُكُمْ مِنْ كِتَابٍ وَحِكْمَةٍ ثُمَّ جَاءَكُمْ رَسُولٌ مُصَدِّقٌ لِمَا مَعَكُمْ لَتُؤْمِنُنَّ بِهِ وَلَتَنْصُرُنَّهُ قَالَ أَأَقْرَرْتُمْ وَأَخَذْتُمْ عَلَى ذَلِكُمْ إِصْرِي قَالُوا أَقْرَرْنَا قَالَ فَاشْهَدُوا وَأَنَا مَعَكُمْ مِنَ الشَّاهِدِينَ
“Dan (ingatlah), ketika Allah mengambil perjanjian dari para nabi: "Sungguh, apa saja yang Aku berikan kepadamu berupa Kitab dan hikmah Kemudian datang kepadamu seorang Rasul yang membenarkan apa yang ada padamu, niscaya kamu akan sungguh-sungguh beriman kepadanya dan menolongnya Allah berfirman: "Apakah kamu mengakui dan menerima perjanjian-Ku terhadap yang demikian itu?" mereka menjawab: "Kami mengakui". Allah berfirman: "Kalau begitu saksikanlah (hai para Nabi) dan Aku menjadi saksi (pula) bersama kamu (QS 3:81)
2. Al-ahdu/al mitsaq (العهد\الميثاق) (perjanjan)
Alloh berfirman:
وَأَوْفُوا بِعَهْدِ اللَّهِ إِذَا عَاهَدْتُمْ وَلَا تَنْقُضُوا الْأَيْمَانَ بَعْدَ تَوْكِيدِهَا وَقَدْ َجعَلْتُمُ اللَّهَ عَلَيْكُمْ كَفِيلًا إِنَّ اللَّهَ يَعْلَمُ مَا تَفْعَلُون
Dan tepatilah perjanjian dengan Allah apabila kamu berjanji dan janganlah kamu membatalkan sumpah-sumpah(mu) itu, sesudah meneguhkannya, sedang kamu Telah menjadikan Allah sebagai saksimu (terhadap sumpah-sumpahmu itu). Sesungguhnya Allah mengetahui apa yang kamu perbuat.)QS 16:91)
3. Al qosam (القشم) (sumpah)
Alloh berfirman
وَأَقْسَمُوا بِاللَّهِ جَهْدَ أَيْمَانِهِمْ لَئِنْ أَمَرْتَهُمْ لَيَخْرُجُنَّ قُلْ لا تُقْسِمُوا طَاعَةٌ مَعْرُوفَةٌ إِنَّ اللَّهَ خَبِيرٌ بِمَا تَعْمَلُونَ
Dan mereka bersumpah dengan nama Allah sekuat-kuat sumpah, jika kamu suruh mereka berperang, Pastilah mereka akan pergi. Katakanlah: "Janganlah kamu bersumpah, (karena ketaatan yang diminta ialah) ketaatan yang sudah dikenal. Sesungguhnya Allah Maha mengetahui apa yang kamu kerjakan.(QS 24:53)
Kalimat asyhadu ( ( اشهدditinjau dari ilmu bahasa adalah fiil mudhori yaitu kata kerja yang menunjukan akan dilakukan ataupun sedang dilakukan dalam kata lain semenjak seorang muslim mengikrarkan dua kalimat syahadat maka semenjak itulah ia berjanji,bersumpah dan berikrar sampai seterusnya bahwasanya tidak ada illah yang berhak di ibadahi kecuali Alloh dan Muhammad adalah utusan Alloh
Beberapa pendapat ulama tentang shadat:
Syaikh Muhammad bin abdurrohman mengatakan bahwa syahadah adalah mengabarkan sesuatu yang dia ketahui .
Syaikh Muhammad kholil harots mengatakan bahwa syahadah adalah mengabarkan sesuatu yang dia ketahui tentang hal itu, meyakini kebenarannya dan ketetapannya, dan tidaklah disebutkan sebuah persaksian kecuali diikuti dengan sebuah pengikraran dan pengakuan, menyepakatinya dengan hati yang di ikrarkan oleh lisan.karena sesungguhnya Alloh swt telah mendustakan orang-orang munafiq dalam perkataan mereka
إِذَا جَاءَكَ الْمُنَافِقُونَ قَالُوا نَشْهَدُ إِنَّكَ لَرَسُولُ اللَّهِ وَاللَّهُ يَعْلَمُ إِنَّكَ لَرَسُولُهُ وَاللَّهُ يَشْهَدُ إِنَّ الْمُنَافِقِينَ لَكَاذِبُونَ
“apabila orang-orang munafik datang kepadamu, mereka berkata: "Kami bersaksi, bahwa sesungguhnya kamu benar-benar Rasul Allah". Dan Allah mengetahui bahwa sesungguhnya kamu benar-benar Rasul-Nya; dan Allah mengetahui bahwa sesungguhnya orang-orang munafik itu benar-benar orang pendusta. (QS 63:1) meskipun mereka mengatakannya dengan lisan-lisan mereka.
Syaikh sholih bin abdul aziz bin muhammd bin ibrohim ali syaikh mengatakan bahwa syahadah menurut bahasa dan menurut syar’i dan dalam tafsir-tafsir salaf dalam lafadz شهد sebagaimana Alloh berfirman:
شَهِدَ اللَّهُ أَنَّهُ لَا إِلَهَ إِلَّا هُوَ وَالْمَلَائِكَةُ وَأُولُو الْعِلْمِ قَائِمًا بِالْقِسْطِ لَا إِلَهَ إِلَّا هُوَ الْعَزِيزُ الْحَكِيمُ
Allah menyatakan bahwasanya tidak ada Tuhan (yang berhak disembah) melainkan Dia, Yang menegakkan keadilan. Para malaikat dan orang-orang yang berilmu (juga menyatakan yang demikian itu). Tak ada Tuhan (yang berhak disembah) melainkan Dia, Yang Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana.(QS 3:18)
وَلَا يَمْلِكُ الَّذِينَ يَدْعُونَ مِنْ دُونِهِ الشَّفَاعَةَ إِلَّا مَنْ شَهِدَ بِالْحَقِّ وَهُمْ يَعْلَمُونَ
Dan orang-orang yang mnyeru kepada selain Alloh tidak akan mendapat syafaat kecuali yang mengakui yang hak (tauhid) dan mereka meyakininya (QS 43:86)
Maka kalimat syahadat mengandung makna:
Pertama meyakini dengan apa yang ia ucapkan, dan meyakini apa yang ia persaksikan. Maka persaksian bahwasanya tidak ada illah yang berhak disembah kecuali Alloh.bahwasanya menuntut meyakininya dengan hati arti kalimat ini dengan ilmu dan keyakinan, karena sesungguhnya persaksian didalamnya adalah sebuah keyakinan, dan sebuah keyakinan tidak disebut sebuah keyakinan kecuali apabila disertai ilmu dan yakin.
Kedua mengucapkannya, syahadah sebagaimana menuntut sebuah keyakinan ia juga menuntut pemberitahuan dan pengucapan.
Ketiga mengabarkannya dan memberitahukannya, mengucapkan dengan lisannya. Dan ini adalah dari segi kewajiban juga karena tidak dikatakan orang yang bersaksi sehingga mengabarkannya kepada yang lainnya dengan apa yang ia persaksikan.
Maka makna asyhadu alla ilaaha illalloh adalah saya ber’itikad, saya mengatakannya, saya mengetahuinya dan saya mengabarkannya bahwasanya tidak ada illah yang berhak disembah kecuali Alloh.
“Barang siapa yang bersaksi bahwasanya tidak ada illah yang berhak disembah kecuali Alloh” artinya adalah barang siapa yang mengucapkannya seta mengetahui maknanya dan mengerjakan yang menjadi tuntutannya secara lahir maupun batin. Maka dalam syahadatain haruslah adanya ilmu, yakin serta mengamalkan apa yang menjadi konsekuensinya. Sebagaiman Alloh berfirman:
فَاعْلَمْ أَنَّهُ لَا إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ
Maka ketahuillah bahwasanya tidak ada illah yang berhak disembah kecuali Alloh (QS 47:19)
إِلَّا مَنْ شَهِدَ بِالْحَقِّ وَهُمْ يَعْلَمُونَ
kecuali yang mengakui yang hak (tauhid) dan mereka meyakininya (QS 43:86)
adapun mengucapkannya tanpa mengetahui maknanya, tanpa meyakininya dan tanpa mengamalkan konsekuensinya yaitu berlepas diri dari kesyirikan, ikhlas dalam perkataan dan perbuatan yaitu mengikrarkan dengan hati dan lisan mengerjakan dengan hati dan anggota badan maka tidaklah bermanfaat menurut ijma.

TAFSIRAN SYAHADATAIN



عَنْ ابْنِ عُمَرَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُمَاقَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ بُنِيَ الْإِسْلَامُ عَلَى خَمْسٍ شَهَادَةِ أَنْ لَا إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ وَأَنَّ مُحَمَّدًا رَسُولُ اللَّهِ وَإِقَامِ الصَّلَاةِ وَإِيتَاءِ الزَّكَاةِ وَالْحَجِّ وَصَوْمِ رَمَضَانَ
Dari ibnu umar ra berkata :rosululloh saw bersabda”islam dibangun di atas lima perkara yaitu bersaksi bahwasanya tidak ada illah yang berhak disembah kecuali Alloh dan bahwasanya Muhammad adalah utusan Alloh,menegakan sholat,menunaikan zakat,dan berpuasa dibulan romadhon (HR bukhori)

عَنْ ابْنِ عُمَرَأَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ أُمِرْتُ أَنْ أُقَاتِلَ النَّاسَ حَتَّى يَشْهَدُوا أَنْ لَا إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ وَأَنَّ مُحَمَّدًا رَسُولُ اللَّهِ وَيُقِيمُوا الصَّلَاةَ وَيُؤْتُوا الزَّكَاةَ فَإِذَا فَعَلُوا ذَلِكَ عَصَمُوا مِنِّي دِمَاءَهُمْ وَأَمْوَالَهُمْ إِلَّا بِحَقِّ الْإِسْلَامِ وَحِسَابُهُمْ عَلَى اللَّهِ
Dari ibnu umar ra bahwa Rosululloh saw bersabda:aku diperintahkan untuk memerangi manusia sehingga mereka bersaksi bahwasannya tidak ada illah yang berhak disembah kecuali Alloh dan bahwasanya muahammad adalah utusan Alloh, mendirikan sholat, menunaikan zakat,maka apabila mereka melaksanakan semua itu maka terjagalah dariku harta dan jiwa mereka kecuali atas hak islam dan perhitungan mereka kepada Alloh (HR bukhori mulsim)
Jumlah umat Islam kinibegiti banyak. Sebagian besar mereka terkategorikan sebagai Islam keturunan atau kebetulan terlahir sebagai muslim dari orang tua. Kenyataan akan jumlah yang banyak tidak berkorelasi dengan pemahamannya kepada Islam secara benar, orisinil dan utuh. Hakikat memahami Islam dimulai dari memahami inti sari ajarannya yaitu dua kalimat syahadah (syahadatain). Kalimat tersebut terdiri dari Laa Ilaaha Illallah dan Muhammadun Rasulullah. Memahami keduanya sangat penting dan mendasar. Karena jika kita tak memahami hakikat kalimat syahadah, kita dapat terjerembab ke dalam penyakit kebodohan dan kemusyrikan.
Syahadatain adalah pondasi atau asas dari bangunan keislaman seorang muslim apabila pondasinya baik maka bangunan itupun akan baaik tapi sebaliknya kalaulah pondasi itu jelek maka bangunan itu pun akan mudah runtuh,Allloh pun memberikan permisalan dalam Al-qur’an,Alloh berfirman:
أَلَمْ تَرَ كَيْفَ ضَرَبَ اللَّهُ مَثَلًا كَلِمَةً طَيِّبَةً كَشَجَرَةٍ طَيِّبَةٍ أَصْلُهَا ثَابِتٌ وَفَرْعُهَا فِي السَّمَاءِ تُؤْتِي أُكُلَهَا كُلَّ حِينٍ بِإِذْنِ رَبِّهَا وَيَضْرِبُ اللَّهُ الْأَمْثَالَ لِلنَّاسِ لَعَلَّهُمْ يَتَذَكَّرُون وَمَثَلُ كَلِمَةٍ خَبِيثَةٍ كَشَجَرَةٍ خَبِيثَةٍ اجْتُثَّتْ مِنْ فَوْقِ الْأَرْضِ مَا لَهَا مِنْ قَرَارٍ
Tidakkah kamu perhatikan bagaimana Allah Telah membuat perumpamaan kalimat yang baik seperti pohon yang baik, akarnya teguh dan cabangnya (menjulang) ke langit, Pohon itu memberikan buahnya pada setiap musim dengan seizin Tuhannya. Allah membuat perumpamaan-perumpamaan itu untuk manusia supaya mereka selalu ingat. Dan perumpamaan kalimat yang buruk seperti pohon yang buruk, yang Telah dicabut dengan akar-akarnya dari permukaan bumi; tidak dapat tetap (tegak) sedikitpun.(QS 14:24-26)
Dalam ayat diatas diterangkan bahwa kalimat yang baik (kalimat thoyibbah)seperti pohon yang baik yang akarnya menghunjam kebumi dan cabangnya menjulang ke langit yang akan menghasilkan buah dengan seijin Robnya,dan para ulama telah sepakat bahwa yang disebut kalimat thoyibah adalah kalimat “laa ilaaha illalloh” ibnu abbas diantaranya mengatakan bahwa yang disebut kalimat thoyibah adalah syahadat laa ilaaha illalloh .oleh karena itu amal seseorang akan menjadi baik kalaulah aqidahnya benar .
Ketahuilah, bahwasanya inti dakwah para Rosul adalah menyeru manusia kepada tauhid.Alloh berfirman:
وَلَقَدْ بَعَثْنَا فِي كُلِّ أُمَّةٍ رَسُولًا أَنِ اعْبُدُوا اللَّهَ وَاجْتَنِبُوا الطَّاغُوتَ فَمِنْهُمْ مَنْ هَدَى اللَّهُ وَمِنْهُمْ مَنْ حَقَّتْ عَلَيْهِ الضَّلَالَةُ فَسِيرُوا فِي الْأَرْضِ فَانْظُرُوا كَيْفَ كَانَ عَاقِبَةُ الْمُكَذِّبِينَ
Dan sungguhnya kami Telah mengutus Rasul pada tiap-tiap umat (untuk menyerukan): "Sembahlah Allah (saja), dan jauhilah Thaghut itu", Maka di antara umat itu ada orang-orang yang diberi petunjuk oleh Allah dan ada pula di antaranya orang-orang yang Telah pasti kesesatan baginya Maka berjalanlah kamu dimuka bumi dan perhatikanlah bagaimana kesudahan orang-orang yang mendustakan (rasul-rasul).(QS 16:36)
Kurang lebih 13 tahun lamanya Rosululloh saw berdakwah di mekkah menyeru manusia kepada tauhid dan berlepas diri dari semua bentuk ketaatan kepada selain Alloh,maka dengan kalimat itulah manusia menjadi mulia dengan kalimat itu juga panji islam dikibarkan lihatlah bagaiman keteguhan bilal bin robah,keluarga yatsir dan para sahabat yang lainnya, itu semua karena yang pertama Rosululloh tanamkan kepada para sahabat adalah aqidah.oleh karena itu pemahaman yang benar adalah pemahan yang berangkat dari pemahaman syahadatain (aqidah) yang benar.
Maka marilah kita pahami akan hakikat dua kalimat syahadat yang sebenarnya menurut Al-qur’an,Al-hadits,dan para ulama mendefinisikannya karena islam bukan hanya kata-kata tapi islam butuh implementasi…

HARUSKAH KITA MENGIKRARKAN DUA KALIMAT SYAHADAT KEMBALI DISAKSIKAN DENGAN YANG LAIN?


Syahadatain adalah rukun islam yang pertama dan setiap rukun tentu ada syarat sahnya,kalimat yang menentukan apakah dia seorang muslim ataukah bukan, kalimat ini juga adalah pintu gerbangnya islam, barang siapa yang memasukinya maka islamah dia. Haruskah kita bersyahadat kembali , bukankah kita sudah islam semenjak kita lahir dan orang tua kitapun islam, dan bukankah kita selalu mengucapaknnya setiap kali kita sholat? Mungkin pertanyaan inilah yang kadang menjadi sebuah perbincangan dikalangan umat islam, maka marilah kita pahami bagaimana menurut Al-qur’an dan hadits serta pendapat para ulama membahas tentang hal ini.
Alloh swt berfirman:
وَإِذْ أَخَذَ رَبُّكَ مِنْ بَنِي آدَمَ مِنْ ظُهُورِهِمْ ذُرِّيَّتَهُمْ وَأَشْهَدَهُمْ عَلَى أَنْفُسِهِمْ أَلَسْتُ بِرَبِّكُمْ قَالُوا بَلَى شَهِدْنَا أَنْ تَقُولُوا يَوْمَ الْقِيَامَةِ إِنَّا كُنَّا عَنْ هَذَا غَافِلِينَ
Dan (ingatlah), ketika Tuhanmu mengeluarkan keturunan anak-anak Adam dari sulbi mereka dan Allah mengambil kesaksian terhadap jiwa mereka (seraya berfirman): "Bukankah Aku ini Tuhanmu?" Mereka menjawab: "Betul (Engkau Tuhan kami), kami menjadi saksi". (Kami lakukan yang demikian itu) agar di hari kiamat kamu tidak mengatakan: "Sesungguhnya kami (bani Adam) adalah orang-orang yang lengah terhadap ini (keesaan Tuhan)(QS 7:172)
Para mufasirin menafsirkan ayat ini adalah persaksian rububiyahnya Alloh, dan setiap anak cucu adam diminta pesaksiannya ketika dialam rahim.
Kemudian Rosululloh saw bersabda:
كُلُّ مَوْلُودٍ يُولَدُ عَلَى الْفِطْرَةِ فَأَبَوَاهُ يُهَوِّدَانِهِ أَوْ يُنَصِّرَانِهِ أَوْ يُمَجِّسَانِهِ كَمَثَلِ الْبَهِيمَةِ تُنْتَجُ الْبَهِيمَةَ هَلْ تَرَى فِيهَا جَدْعَاءَ
Setiap yang dilahirkan maka ia lahir dalam keadaan fitroh (islam) maka kedua orang tuanyalah yang menjadikan dia seorang yahudi, nasroni ataupun majusi seperti binatang melahirkan binatang juga, apakah kamu melihat ada kelainan didalamnya( HR bukhori)
Alloh swt berfirman:
فَأَقِمْ وَجْهَكَ لِلدِّينِ حَنِيفًا فِطْرَةَ اللَّهِ الَّتِي فَطَرَ النَّاسَ عَلَيْهَا لا تَبْدِيلَ لِخَلْقِ اللَّهِ ذَلِكَ الدِّينُ الْقَيِّمُ وَلَكِنَّ أَكْثَرَ النَّاسِ لا يَعْلَمُونَ
Maka hadapkanlah wajahmu dengan lurus kepada agama (Allah); (tetaplah atas) fitrah Allah yang telah menciptakan manusia menurut fitrah itu. Tidak ada perubahan pada fitrah Allah. (Itulah) agama yang lurus; tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahui.(QS 30:30)
Para ulama mufasiriin ketika menafsirkan kalimat fitroh artinya adalah islam. Maka setiap anak cucu adam lahir dalam keadaan fitroh( islam) sebagaimana disebutkan dalam tafsir ibnu katsir bahwa setiap anak yang lahir maka ia lahir dalam keadaan fitroh sampai dia mengungkapkannya (mengikrarkannya) dengan lisannnya, sebagaimana Rosululloh bersabda
كُلُّ مَوْلُودٍ يُولَدُ عَلَى الْفِطْرَةِ حَتَّى يُعْرِبَ عَنْهُ لِسَانُهُ
“Setiap anak yang lahir maka ia lahir dalam keadaan fitroh sampai ia mengungkapkannya dengan lisannya”
maka kedua orang tuanyalah yang menjadikan dia seorang yahudi ataupun nasroni. Kemudian dalam ayat” tidak ada perubahan pada fitroh Alloh itu” artinya adalah tidak ada perubahan dalam fitroh Alloh, maka manusialah yang merubah fitroh mereka yang mana Alloh telah menciptakan mereka menurut fitrohnya.
Kalaulah kita perhatikan ayat dan hadits diatas menunjukan bukan hanya kedua orang tualah yang bisa menjadikan anaknya seorang yahudi, nashroni, sekuler, dan paham-paham sesat yang lainnya. Akan tetapi lingkungan juga berperan aktif merubah fitroh-fitroh mereka sehingga mereka keluar dari fitrohnya dan menjadi penentang-penentang syari’at Alloh.
Para ulama memang menafsirkan kalimat fitroh adalah islam, karena lahir masih dalam keadaan perjanjian yang pertama ketika di alam rahim, akan tetapi dalam ayat tersebut hanya mengikrarkan syahadah rububiyah( bahwa Alloh yang menciptakan, mengatur dan mendidik) saja tanpa diikuti oleh persaksian yang kedua yaitu pesaksian kerosulan Nabi muhammad saw, bukan kah seorang muslim tidak cukup hanya mengakui Alloh saja tapi harus mengakui akan kerosulan Nabi muhammad saw. Karena dalam hal ini orang orang kafir pun mengakui kerububiyahan Alloh, sebagaimana dalam firman Alloh:
وَلَئِنْ سَأَلْتَهُمْ مَنْ خَلَقَ السَّمَاوَاتِ وَالأرْضَ لَيَقُولُنَّ اللهُ
Dan sesungguhnya jika kamu tanyakan kepada mereka: "Siapakah yang menciptakan langit dan bumi?" tentu mereka akan menjawab: "Allah". Katakanlah: Segala puji bagi Allah"; tetapi kebanyakan mereka tidak mengetahui.(QS 31:25)
Dalam kitab fathul bari ibnu hajar berkata dalam bab ma qiila fi auladil musrikiin bahwa ibnu qoyyim al jauziyah berkata dalam mengomentari hadits” setiap anak yang lahir maka ia lahir dalam keadaan fitroh” bukanlah maksud “setiap anak yang lahir maka ia lahir dalam keadaan fitroh” bahwa dia keluar dari perut ibunya mengetahui tentang hal dien ini, karena Alloh swt berfirman:
وَاَللَّه أَخْرَجَكُمْ مِنْ بُطُون أُمَّهَاتكُمْ لَا تَعْلَمُونَ شَيْئًا
Dan Allah mengeluarkan kamu dari perut ibumu dalam keadaan tidak mengetahui sesuatu pun, dan Dia memberi kamu pendengaran, penglihatan dan hati, agar kamu bersyukur.(QS 16:78)
Kemudian beliau melanjutkan, akan tetapi maksudnya adalah menuntut untuk mengetahui dienul islam dan mencintainya, dan fitroh itu sendiri menuntut pengikraran dan kecintaan. Beliau juga berkata bahwa maksudnya adalah setiap anak yang lahir, ia lahir dalam keadaan perjanjian yang pertama atas rububiyahnya Alloh.
Maka ketika sudah mencapai baligh kitapun harus mengikrarkan uluhiyahnya Alloh (yaitu satu-satunya ilah yang berhak disembah) disertai pengikraran atas kerosulan Nabi muhmmad saw.sebagaimana syaikh sholih bin Abdul aziz bin muhammad bin ibrohim dalam kitab attamhid syarh kitab tauhid mengatakan bahwa persaksian ini adalah persaksian yang diucapkan oleh seorang mukalaf (baligh).
Islam adalah dien yang sesuai dengan fitroh manusia yaitu akan kecenderunganya terhadap kebenaran, maka kedua orang tuanyalah yang harus menjaga kefitrohan anak tersebut hingga dewasa sehingga pada waktunya dia sudah siap menerima tugasnya sebagai manusia dengan dimintanya sebuah perjanjian akan siap menerima dan melaksanakan apa-apa yang menjadi perintah Alloh dan Rosulnya serta menjauhi semua bentuk larangannya. Kemudian kalaulah kita lihat kembali bahwa dalam persaksian dua kalimah syahadat ada syarat-syaratnya hal ini menunjukan bahwa setiap manusia harus mengikrarkan dua kalimat syahadat . karena hakikat syahadat adalah sebuah pengakuan,membenarkan, pengikraran, perjanjian akan siap mendengar dan taat dengan apa-apa yang Alloh dan Rosulnya perintahkan dan menjauhi apa-apa yang dilarangnya. Dan seseorang tidak akan membenarkan sesuatu tanpa adanya sebuah ilmu yang akan menghasilkan sebuah keyakinan, keyakinan yang akan menimbulkan sikap menerima dan ikhlas dalam berbuat.
Syahadat juga merupakan persaksian telah sampainya ilmu dan dakwah kepadanya sehingga dia berjanji untuk siap mendengar dan taat, ingatlah ketika Allloh mengambil perjanjian kepada para Nabi. Alloh swt berfirman:
وَإِذْ أَخَذَ اللَّهُ مِيثَاقَ النَّبِيِّينَ لَمَا آَتَيْتُكُمْ مِنْ كِتَابٍ وَحِكْمَةٍ ثُمَّ جَاءَكُمْ رَسُولٌ مُصَدِّقٌ لِمَا مَعَكُمْ لَتُؤْمِنُنَّ بِهِ وَلَتَنْصُرُنَّهُ قَالَ أَأَقْرَرْتُمْ وَأَخَذْتُمْ عَلَى ذَلِكُمْ إِصْرِي قَالُوا أَقْرَرْنَا قَالَ فَاشْهَدُوا وَأَنَا مَعَكُمْ مِنَ الشَّاهِدِينَ
Dan (ingatlah), ketika Allah mengambil perjanjian dari para nabi: "Sungguh, apa saja yang Aku berikan kepadamu berupa kitab dan hikmah, kemudian datang kepadamu seorang rasul yang membenarkan apa yang ada padamu, niscaya kamu akan sungguh-sungguh beriman kepadanya dan menolongnya". Allah berfirman: "Apakah kamu mengakui dan menerima perjanjian-Ku terhadap yang demikian itu?" mereka menjawab: "Kami mengakui". Allah berfirman: "Kalau begitu saksikanlah (hai para nabi) dan Aku menjadi saksi (pula) bersama kamu".(QS 3:81)
Terus, kan kita sering bersyahadat dalam sholat, adzan dan lain-lain terus kenapa kita harus bersyahadat kembali? Ingatlah, bahwa dalam satu niat tidak boleh ada dua pekerjaan, dan bahwa kalimat syahadat dalam hal tersebut adalah sebagian bacaan dalam sholat dan adzan, bukan niat untuk mengadakan sebuah perjanjian dan persaksian, karena dalam sebuah persaksian ada syarat-syarat yang harus dipenuhi diantaranya adanya saksi, orang yang disaksikan dan shigot persakian, sebagaiman para sahabat melakukannya.
Maka dengan ini wajiblah bagi setiap muslim untuk mengikrarkan dua kalimat syahadat sekali seumur hidup tentu dengan syarat-syarat dan konsekuensinya yang telah ditetapkan dan dicontohkan oleh para sahabat. Maka karena paham islam keturunanlah yang akhirnya umat ini tidak mengerti akan hakikat dua kalimat syahadat yang sebenarnya, yang akhirnya tidak jelaslah wala’ dan bara’nya. Dan ketika mereka diseru kpada Alloh mereka enggan dan menyombongkan diri. Sebagaiman dalam firmannya:
إِنَّهُمْ كَانُوا إِذَا قِيلَ لَهُمْ لَا إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ يَسْتَكْبِرُونَ
Sesungguhnya mereka dahulu apabila dikatakan kepada mereka: "Laa ilaaha illallah" (Tiada Tuhan yang berhak disembah melainkan Allah) mereka menyombongkan diri.(QS 37:35)
Dalam ayat lain
وَإِذَا قِيلَ لَهُمْ تَعَالَوْا إِلَى مَا أَنْزَلَ اللَّهُ وَإِلَى الرَّسُولِ قَالُوا حَسْبُنَا مَا وَجَدْنَا عَلَيْهِ آَبَاءَنَا أَوَلَوْ كَانَ آَبَاؤُهُمْ لَا يَعْلَمُونَ شَيْئًا وَلَا يَهْتَدُونَ
Apabila dikatakan kepada mereka: "Marilah mengikuti apa yang diturunkan Allah dan mengikuti Rasul". Mereka menjawab: "Cukuplah untuk kami apa yang kami dapati bapak-bapak kami mengerjakannya". Dan apakah mereka akan mengikuti juga nenek moyang mereka walaupun nenek moyang mereka itu tidak mengetahui apa-apa dan tidak (pula) mendapat petunjuk?(QS 5:104)
Pada pembahasan diatas telah dijelaskan bahwa tidaklah cukup hanya mengakui akan kerububiyahan Alloh saja tanpa mengakui akan kerosulan Nabi muhammad saw. Dan yang dimaksud fitroh disini ialah islam ataupun lahir dalam keadaan bertauhid ataupun condong terhadap kebenaran yang mana harus diteruskan dengan perjanjian ataupun persaksian akan keuluhiyahan Alloh dan kerosulan Nabi muhammad saw. Maka tanyakanlah pada diri kita sudahkah kita bersyahadat? Kalu sudah kapan? Kalaulah jawabannya di alam rahim, bukankah itu hanya persaksian rububiyah tanpa adanya persaksian kerosulan Nabi muhammad saw?
Mudah-mudahan tulisan ini menjadi kajian kita kembali akan keislaman kita hari ini.
Wallohu a’lam bi showab

Senin, 17 Juni 2013

Puasa Bulan Rajab

Puasa sunnah di bulan Rajab itu seperti puasa pada bulan lain yakni boleh-boleh saja. Misal puasa senin-kamis Dawud Ayyamul Bidh tiga hari tiap bulan atau puasa mutlak.
Yang tak boleh yaitu mengkhususkan puasa pada bulan Rajab.
Bentuk melaksanakan puasa beberapa hari secara khusus (seperti para tanggul 1 3 7 dan seterusnya) utk mengistimewakan bulan Rajab dgn meyakini keutaman yg lbh besar dibandingkan pada bulan-bulan selainnya. Jika yg dimaksud adl ini maka tak ada hadits shahih yg menerangkannya. Penghususan ini tak dibenarkan krn tak memiliki dasar kuat dalam syariat.
Terdapat hadits dari Nabi Shallallahu 'Alaihi Wasallam yg menunjukkan anjuran berpuasa pada bulan-bulan haram (Rajab dan tiga bulan haram lainnya):
صُمْ مِنْ الْحُرُمِ وَاتْرُكْ
" Puasalah pada bulan-bulan Al Hurum (bulan Rajah Dzulqa'dah Dzulhijjah dan Muharram -Penerj.) dan hentikanlah (beliau mengucapkan sebanyak tiga kali). " HR. Abu Dawud no. 2428 dan didhaifkan oleh Al-Albani dalam Dhaif Abi Dawud)
Hadits ini (jika shahih) menunjukkan anjuran berpuasa pada bulan haram. Maka siapa yg berpuasa pada bulan Rajab utk menjalankan hadits tersebut maka ia juga harus berpuasa pada bulan-bulan haram selain maka ini tak apa-apa. Namun jika mengkhususkan pada bulan Rajab saja maka tak boleh.

Hadist Tentang Puasa Rajab

Ibnul Qayyim rahimahullah berkata: "Semua hadits yg menyebutkan tentang keutamaan puasa Rajab dan shalat pada beberapa malam adl hadits dusta yg diada-adakan (dipalsukan)." (Lihat al-Manar al-Munif hal. 96). Ibnu Rajab rahimahullah berkata "Adapun puasa tak ada keterangan yg sah dari Nabi Shallallahu 'Alaihi Wasallam dan para sahabat tentang keutamaan puasa khusus pada bulan Rajab." (Lathaif al-Ma'arif: 228)
Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah rahimahullah berkata: Adapun puasa Rajab secara khusus maka hadits-hadits (yang menerangkannya) semua dhaif (lemah) bahkan maudhu' (palsu). Tidak ada ulama yg bersandar kepada hadits-hadits tersebut. Ini tak termasuk dhaif yg boleh diriwayatkan dalam bab fadhail (keutamaan-keutamaan amal) tapi secara umum termasuk hadits-hadits maudhu yg dipalsukan. Terdapat di dalam al-Musnad (Imam Ahmad) dan selain satu hadits dari Nabi Shallallahu 'Alaihi Wasallam beliau memerintahkan berpuasa pada bulan-bulan haram: Rajab DzulQa'dah Dzulhijjah Muharram. Maka ini tentang puasa pada empat bulan secara keseluruhan tak hanya menghususkan Rajab." (Diringkaskan dari Majmu' Fatawanya: 25/290)
Ibnul Hajar rahimahullah berkata dalam Tabyin al-'Ajab Bimaa Warada fii Fadhli Rajab hal. 11: "Tidak terdapat dalil shahih yg layak dijadikan hujah tentang keutamaan bulan Rajab dan tentang puasa tentang puasa khusus pada dan qiyamullail (shalat malam) khusus di dalamnya." Sayyid Sabiq rahimahullah dalam Fiqih Sunnah 1/383 mengatakan: "Dan berpuasa Rajab tak ada keutamaan yg lbh atas bulan-bulan selain hanya ia termasuk bulan haram. Tidak terdapat keterangan dalam sunnah yg shahih bahwa Puasa tersebut (Rajab) memiliki keistimewaan. Dan hadits yg menerangkan hal itu tak layak dijadikan argumentasi."
Syaikh Utsaimin rahimahullah pernah dita tentang puasa tanggal 27 Rajab dan shalat malam padanya. Beliau menjawab: "Puasa pada hari ke 27 dari bulan Rajab dan shalat pada malam hari dgn menghususkan hal itu adl perkara bid'ah dan tiap perkara bid'ah (dalam ibadah-pent) adl sesat." (Majmu' Fatawa Ibnu Utsaimin: 20/440)
Dalam Fatwa beliau yg lain “Tidak ada keutamaan khusus yg dimiliki oleh bulan Rajab dibandingkan dgn bulan-bulan haram lain tak dikhususkan umrah puasa shalat membaca Al-Qur'an bahkan dia sama saja dgn bulan haram lainnya. Seluruh hadits-hadits yg menyebutkan keutamaan shalat atau puasa pada maka derajat lemah yg tak boleh dibangun di atas hukum syar'i.”
Namun bukan berarti berpuasa sunnah seperti puasa Senin-Kamis tiga hari tiap bulan Puasa Dawud atau puasa mutlak pada bulan Rajab tak diperbolehkan. Puasa-puasa tersebut tetap disyariatkan pada bulan Rajab. Ibnu Shalah rahimahullah berkata “Tidak ada hadits shahih yg melarang atau menganjurkan secara khusus berpuasa di bulan Rajab maka hukum sama saja dgn bulan lain yaitu anjuran berpuasa secara umum." Imam Nawawi rahimahullah berkata “Tidak ada larangan demikian pula anjuran secara khusus utk berpuasa di bulan Rajab akan tetapi secara umum hukum asal puasa adl dianjurkan."

Fatwa Puasa Bulan Rajab

Komisi Fatwa kerajaan Saudi Arabia pernah dita “Diketahui bahwa di bulan Rajab dianjurkan utk melaksanakan puasa sunnah. Apakah puasa tersebut dilakukan di awal di tengah ataukah di akhir.”
Jawaban dari para ulama yg duduk di komisi tersebut “Yang tepat tidaklah ada hadits yg membicarakan puasa khusus di bulan Rajab selain hadits yg dikeluarkan oleh An Nasa-i dan Abu Daud hadits ini dishahihkan oleh Ibnu Khuzaimah dari hadits Usamah ia berkata “ Wahai Rasulullah aku tidaklah pernah melihatmu berpuasa yg lbh bersemangat dari bulan Sya'ban .” Beliau bersabda “ Bulan Sya'ban adl waktu saat manusia itu lalai bulan tersebut terletak antara Rajab dan Ramadhan. Bulan Sya'ban adl saat amalan diangkat pada Allah Rabb semesta alam. Oleh karena aku suka amalanku diangkat sedangkan aku dalam keadaan berpuasa .” (HR. Ahmad 5: 201 An Nasai dalam Al Mujtaba 4: 201 Ibnu Abi Syaibah (3: 103) Abu Ya'la Ibnu Zanjawaih Ibnu Abi ‘Ashim Al Barudi Sa'id bin Manshur sebagaimana disebutkan dalam Kanzul ‘Amal 8: 655).
Yang ada hanyalah hadits yg sifat umum yg memotivasi utk melakukan puasa tiga tiap bulan dan juga dorongan utk melakukan puasa pada ayyamul bidh yaitu 13 14 15 dari bulan hijriyah.

Juga dalil yg ada sifat umum yg berisi motivasi utk melakukan puasa pada bulan haram (Dzulqo'dah Dzulhijjah Muharram dan Rajab). Begitu pula ada anjuran puasa pada hari Senin dan Kamis. Puasa Rajab masuk dalam keumuman anjuran puasa tadi. Jika engkau ingin melakukan puasa di bulan Rajab maka pilihlah hari-hari yg ada dari bulan tersebut. Engkau bisa memilih puasa pada ayyamul bidh atau puasa Senin-Kamis. Jika tak maka waktu puasa pun bebas tergantung pilihan. Adapun pengkhususan bulan Rajab dgn puasa pada hari tertentu kami tak mengetahui ada dalil yg mensyari'atkan amalan tersebut.

Kematian

Menjelang Kematian, Pahamkanlah Umur Anda di Dunia Ada Batasnya

 ekasetiawatii.blogspot.com

Firman Allah SWT:

كُلُّ نَفْسٍ ذَآئِقَةُ ٱلْمَوْتِ ثُمَّ إِلَيْنَا تُرْجَعُونَ
“Tiap-tiap yang bernyawa pasti akan merasakan mati. Kemudian hanyalah kepada Kami kamu dikembalikan”. (QS. Al Ankabuut:57)
Kesunyian malam ini benar-benar mencekam. Hembusan hawa dinginnya bagaikan dinginnya hujan es yang jatuh dari langit. Senandung udara malam dirasakan sangat menusuk  tulang  seorang  pengembara dari negeri syam. Ingin sekali ia merintih, tetapi malam ini begitu sunyi. Tidak ada sanak ataupun saudara di sekelilingnya, bahkan seekor binatang malampun tidak terdengar lololangannya. Kemana lagi ia merintih dikesendirian malam ini.
Sakit ini sudah lama sekali dirasakannya. Tetapi malam ini rasanya tidak seperti biasanya. Sakitnya dirasakan semakin parah. Kemudian si pengembara itu melantunkan sebuah syair dikeheningan malam itu, “ Manusia tidak lebih dari seonggok daging. mati, tidak bernyawa, dan dapat membusuk. Hanya karena kehendak Allah-lah ia bisa hidup dan berjalan dimuka bumi ini. Tetapi kebanyakan manusia tidak sadar akan dirinya sendiri, manusia berjalan dengan sombongnya dimuka bumi ini, ia berbuat kerusakan, ia berbuat aniaya, dan ia tetap tidak sadar siapakah dirinya itu. Tidakkah ia ingat bahwa dia sebenarnya hanyalah seonggok daging yang dapat membusuk ?. Yang tidak mempunyai arti apa-apa didunia ini. Manusia itu baru akan sadar jika ia sudah berada ditempat yang jauh dari sanak-saudara, jauh dari teman, jauh dari peradaban manusia. Disuatu tempat yang sepi, hanya terdapat dia yang sedang sekarat dan Penciptanya, lalu ia menyongsong maut dengan kesunyian yang mencekam … Aduhai, betapa menyesalnya aku ……”.
Setelah melantunkan syair itu, sipengembara lalu pingsan, pingsan dalam keadaan hampir mati. Beberapa saat kemudian diantara sadar dan tidak, dengan derita sakaratul maut yang berat, datanglah sekelompok setan yang datang menyerupai manusia. Setan itu berkata, “Wahai manusia, berbahagialah engkau dihari ini, aku membawakanmu hidangan yang lezat dan minuman yang sangat segar yang dapat menghilangkan rasa sakitmu. Karena itu ikutlah kamu denganku …..”.
Setan itu terus saja melantunkan lagu-lagu dengan lembutnya, hingga dirasakan sangat mempengaruhi jiwa sang pengembara. Dilihatnya setan itu dengan membawa air yang sangat menyejukkan dan makanan yang sangat enak, ingin sekali ia meraihnya dan ingin sekali ia memakannya.
Disaat-saat yang mencekam ini, datanglah gurunya yang telah lama tiada. Dengan berjubah putih-putih, gurunya itu datang kehadapannya dengan senyuman yang menyejukkan, “Wahai muridku, tidakkah engkau ingat dengan ajaranku. Disaat-saat sakaratul maut yang sangat berat, jangan sekali-kali engkau memilih untuk menyenangkan nafsumu saja. Janganlah engkau memilih memakan makanan yang diberikan setan itu dan janganlah pula engkau meminumnya, walaupun engkau sangat membutuhkannya. Tidakkah engkau ingat dengan puasa yang sering engkau lakukan …, tidakkah engkau ingat dengan kepayahanmu tiap malam untuk mengerjakan sholat tahajjud …, dan tidakkah engkau ingat bahwa Neraka itu dikelilingi dengan segala sesuatu yang menyenangkan nafsu ?. Apakah disaat engkau akan menjemput ajal, engkau melupakan segalanya ?. Ingatlah, setan-setan itu tidak akan pernah suka, seorang manusia mati dengan mendapat keridloan dari Allah SWT. Ingatlah pula, segala kenikmatan yang dipamerkan menjelang ajal adalah dari setan. Jika engkau meminum minuman itu dan memakan makanannya, maka berarti engkau akan menjadi pengikutnya, dan akan mendiami Neraka bersamanya. Ingatlah muridku, janganlah engkau hapus amal ibadahmu disaat-saat engkau sangat membutuhkan pertolongaNya, janganlah engkau terperdaya oleh setan yang sesat lagi menyesatkan. Hati-hatilah engkau dengan musuhmu yang telah nyata ”.
Sang pengembara menjadi ragu-ragu. Disaat-saat yang dirasakannya sangat berat, ia merasa sangat dahaga, yang belum pernah ia merasakan sedahaga ini. Tenggorokannya dirasakan sangat kering, kering yang sangat membutuhkan kesejukan. Dan kesejukan itu sudah berada dihadapannya. Tetapi mengapa gurunya melarangnya untuk mengambil kesejukan itu ?. Hatinya sangat bimbang, dan seluruh tubuhnya dirasakan sangat sakit.
Di saat-saat seperti ini ia ingat akan dosa-dosanya yang menumpuk tidak karuan. Banyak sekali manusia yang ia zholimi dan ia juga teringat akan dosa-dosanya terhadap Penciptanya yang telah memberikan banyak rizki kepadanya. Ia merasa sangat takut. Takut sekali, tidak pernah ia merasa setakut ini. Tetapi tiba-tiba ia teringat akan silaturahim yang ia lakukan. Ia bersilaturrahim dengan semua orang yang ia zholimi dan meminta maaf terhadap semua kesalahannya. Hal ini sedikit menenangkan hatinya.
Sang pengembara menangis tersedu-sedu, jika mengingat semua dosa yang dilakukannya selama ia hidup didunia ini. Ia merasa malu sekali, sebagai seorang hamba yang telah diberiNya banyak kenikmatan, tetapi ia malah seringkali mengingkarinya. Ia merasa sangat bersalah terhadap Penciptanya. Dan ia sangat takut jika Allah murka kepadanya.
Bibirnya yang terasa sangat kelu dipaksakannya untuk mengucapkan permohonan ampunan terhadap Penciptanya yang Maha Pengampun. Kalimat-kalimat istighfar diucapkannya dengan sungguh-sungguh, dengan meneteskan air mata. Ia sangat berharap agar Allah sudi mengampuni segala dosa-dosa yang telah ia lakukan.
Rindunya terhadap Allah yang telah mengaugerahinya banyak kenikmatan mulai tumbuh. Ia rindu sekali untuk segera bertemu denganNya. Rahmat dan keridloanNya amat dibutuhkan disaat-saat sekarang ini. Hatinya menjerit, “Ya Allah ampunilah aku dan jemputlah aku dengan keridloanMu. Ya Allah, hanya Engkaulah Tuhanku, Tolonglah aku disaat-saat seperti ini dan jangan tinggalkan aku ditengah-tengah kesusahan ini …………..”.
Lalu Malaikat Maut mendatanginya dengan muka yang sangat menyeramkan, dari jurusan mulutnya untuk mengambil nyawanya. Tetapi ketika nyawa sang pengembara itu akan dicabut, dilihatnya dari mulutnya terdapat bekas-bekas dzikir yang sering diucapkannya ketika masih hidup. Kemudian Malaikat maut berpindah ke jurusan telinganya, dan ketika nyawanya akan dicabut, dilihatnya bekas-bekas pendengaran yang sering digunakan untuk mendengarkan ayat suci Al Qur’an. Malaikat itu tidak jadi mencabut nyawanya dan kembali ke langit melaporkan kejadian itu.
Kemudian Allah memerintahkan Malaikat maut untuk kembali mengambil nyawa sang pengembara itu, dengan rahmat dan keridloanNya. Dengan rahmat Allah, Malaikat maut itu mencabut nyawa sang pengembara dengan lembutnya, dengan mendatangkan kebahagian dan senyuman sang pengembara yang tubuhnya telah kaku menjadi mayat.