Selasa, 18 Juni 2013
KONSEKUENSI SYAHADATAIN
Bahwa semenjak seorang muslim mengikrarkkan dua kalimah syahadah maka semenjak itulah ia menyatakan dirinya siap menerima kedaulatan Alloh sebagai Robb yaitu menjadikan Alloh satu-satunya yang wajib di ibadahi dan ditaati dalam hukum-hukumnya menjalankan apa-apa yang menjadi perintahnya serta menjauhi apa-apa yang menjadi larangannya, serta membenarkan apa-apa yang dibawa oleh Rosululloh Saw dengan menjalankan apa yang beliau perintahkan dan menjauhi apa-apa yang dilarangnya serta siap membela, mengikuti jejak langkah perjuangannya sehingga tegaknya dien ini diatas dien-dien yang lain. Sebagaimana Alloh berfirman:
Dia-lah yang mengutus rasul-Nya dengan membawa petunjuk(Al-qur’an) dan agama(aturan) yang benar agar dia memenangkannya di atas segala agama-agama (aturan-aturan/ideology-ideologi) meskipun orang musyrik membenci.(QS 61:9)
Kalimat inilah yang akan membedakan orang mu’min dan kafir, kalimat ini pulalah yang akan melahirkan sikap wala’ dan bara’nya seorang mu’min sehingga hanya akan memberikan wala’nya(loyalitas) hanya kepada Alloh, Rosul dan orang-orang yang beriman. Alloh berfirman:
Artinya sesungguhnya penolongmu hanyalah Alloh dan Rosulnya dan orang-orang yang beriman,yang melaksanakan sholat dan menunaikan zakat seraya tunduk kepada Alloh.dan barang siapa menjadikan Alloh dan Rosulnya dan orang-orang yang beriman sebagi penolongnya,maka sungguh,pengikut agama Alloh lah yang menang (QS 5:55-56)
Serta tidak menjadikan musuh-musuh Alloh sebagai wali diantara orang-orang yang beriman. Sebagaimana dalam firmannya:
artinya:janganlah orang-orang beriman menjadikan orang kafir sebagai pemimpin dan meninggalkan orang-orang beriman barang siapa berbuat demikian,niscaya dia tidak akan mendapat apapun dari Alloh kecuali karena siasat menjaga diri dari sesuatu yang kamu takuti dari mereka.dan Alloh memperingatkan kamu akan diri(siksa)nya dan hanya kepada Alloh tempat kembali(QS 3:28).
Artimya:wahai orang-orang yang beriman! Janganlah kamu menjadikan musuhku dan musuhmu sebagai teman-teman setia sehingga kamu sampaikan kepada mereka(berita-berita Muhammad),karena rasa kasih sayang ,padahal mereka telah ingkar kepada kebenaran yang disampaikan kepadamu(QS 60:1)
Serta bersikap bara’ (berlepas diri) dari bentuk kekafiran, sebagaimana gambaran bara’nya nabi ibrohim dari kkaumnya. Alloh berfirman:
Sesungguhnya telah ada suri teladan yang baik bagimu pada Ibrahim dan orang-orang yang bersama dengan dia; ketika mereka berkata kepada kaum mereka: Sesungguhnya kami berlepas diri dari kamu dan dari apa yang kamu sembah selain Allah, kami ingkari (kekafiran) mu dan telah nyata antara kami dan kamu permusuhan dan kebencian buat selama-lamanya sampai kamu beriman kepada Allah saja. Kecuali perkataan Ibrahim kepada bapaknya: "Sesungguhnya aku akan memohonkan ampunan bagi kamu dan aku tiada dapat menolak sesuatu pun dari kamu (siksaan) Allah". (Ibrahim berkata): "Ya Tuhan kami, hanya kepada Engkaulah kami bertawakal dan hanya kepada Engkaulah kami bertobat dan hanya kepada Engkaulah kami kembali,(QS 60:4)
Kemudian sikap bara’nya nabi Muhammad saw terhadap orang-orang kafir. Alloh Swt bwrfirman:
Katakanlah: "Hai orang-orang yang kafir, aku tidak akan menyembah apa yang kamu sembah. Dan kamu bukan penyembah Tuhan yang aku sembah. Dan aku tidak pernah menjadi penyembah apa yang kamu sembah. Dan kamu tidak pernah (pula) menjadi penyembah Tuhan yang aku sembah. Untukmulah agamamu dan untukkulah agamaku"(QS 109:1-6)
Alangkah indahnya ayat ini untuk kita pahami lebih dalam sehingga cukuplah menjadi tolak ukur bahwa kita dilarang untuk mengikuti sistem-sistem orang-orang kafir dengan dalih apapun itu, karena diantara syarat iman kepada Alloh adalah menafikan semua bentuk thowagit (jamak dari thogut) yaitu meniadakan sesembahan, ketaatan, aturan dan hukum selain Alloh. Alloh Swt berfirman:
sesungguhnya telah jelas jalan yang benar daripada jalan yang sesat. Karena itu barang siapa yang ingkar kepada Thaghut dan beriman kepada Allah, maka sesungguhnya ia telah berpegang kepada buhul tali yang amat kuat yang tidak akan putus. Dan Allah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui.(QS 2:256)
maka diantara tuntutan syahadatain adalah wala dan bara’ sehingga akan melahirkan furqon (pembeda) antara yang haq dan yang bathil. Maka dikarenakan jahilnya terhadap kalimat ini begitu banyak umat muslim yang mereka mengaku seorang muslim akan tetapi tidak jelas wala’ dan bara’nya sehingga mereka masih ridho dengan aturan selain aturan Alloh. sebagaimana Alloh berfirman;
Apakah kamu tidak memperhatikan orang-orang yang mengaku dirinya telah beriman kepada apa yang diturunkan kepadamu dan kepada apa yang diturunkan sebelum kamu? Mereka hendak berhakim kepada thaghut, padahal mereka telah diperintah mengingkari thaghut itu. Dan syaitan bermaksud menyesatkan mereka (dengan) penyesatan yang sejauh-jauhnya.(QS 4:60)
Bahkan diantara mereka yang mengaku para pejuang kebenaran menjadi sebahagian orang-orang yang mensukseskan sistem kufur dengan menjadikan musuh-musuh Alloh sebagai teman dan duduk bersama merumuskan undang-undang yang menyelisihi Al-qur’an. Padahal jelas-jelas Alloh telah berfirman:
Dan sungguh Allah telah menurunkan kepada kamu di dalam Al Qur'an bahwa apabila kamu mendengar ayat-ayat Allah diingkari dan diperolok-olokkan (oleh orang-orang kafir), maka janganlah kamu duduk beserta mereka, sehingga mereka memasuki pembicaraan yang lain. Karena sesungguhnya (kalau kamu berbuat demikian), tentulah kamu serupa dengan mereka. Sesungguhnya Allah akan mengumpulkan semua orang-orang munafik dan orang-orang kafir di dalam Jahanam,(QS 4:140)
Syaikh muhammad bin Abdulloh bin sholih assahim dalam kitab al islamu usuluhu wa mabadi ihi berkata bahwa konsekuensi la ilaha illalloh adalah ikhlas dalam beribadah semata mata karena Alloh, serta menafyikan selainnya. Serta mengkufuri apa-apa yang disembah ataupun ditaati selain Alloh, karena barang siapa yang mengucapkan persaksian ini akan tetapi tidak mengkufuri sesembahan sesembahan selain Alloh maka kalimat persaksian ini tidaklah bermanfaat.
Dan diantara konsekuansi syahadat Muhammad Rosululloh adalah mentaati apa yang diperintahkannya, membenarkan apa yang dia bawa, meninggalkan apa yang dilarangnya, mencukupkan diri dengan mengamalkan sunnahnya, dan meninggalkan yang lain dari hal-hal bid’ah dan muhdatsat (baru), serta mendahulukan sabdanya di atas segala pendapat orang.
Rosululloh Saw bersabda:
لَا يُؤْمِن أَحَدكُمْ حَتَّى يَكُون هَوَاهُ تَبَعًا لِمَا جِئْت بِهِ
Tidaklah dikatakan beriman seseorang diantara kalian sehingga hawa nafsunya mengikuti apa-apa yang aku datang dengannya(lihat hadits arbain an nawawi)
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
teteh izin yah copas. ini materis sama kaya yang di katakan ulama ulama terdahulu.
BalasHapus